Kisah di Balik Layar Film Horor "Kitab Sijjin & Illiyyin": Santet di Luar Nalar dan Darah Manis

Film horor terbaru, "Kitab Sijjin & Illiyyin," menjanjikan pengalaman yang berbeda dari film horor kebanyakan. Yunita Siregar, salah satu pemeran utama, mengungkapkan bahwa film ini tidak hanya mengandalkan adegan menakutkan, tetapi juga menyajikan drama yang kuat. Penonton akan diajak merasakan emosi yang naik turun sebelum akhirnya disuguhkan dengan kengerian yang intens.

Apa yang Membuat "Kitab Sijjin & Illiyyin" Berbeda?

Keunikan film ini terletak pada tema santet yang diangkat dengan cara yang tak biasa. Yunita Siregar menjelaskan bahwa skenario film ini sangat menarik dan berbeda dari penggambaran santet yang selama ini dikenal. Santet dalam film ini melibatkan hal-hal di luar nalar, bahkan melibatkan binatang-binatang yang sulit diterima logika.

Sultan Hamongan menambahkan bahwa sutradara film ini, Hadra, seringkali memberikan adegan yang berbeda dari skrip yang sudah ada. Hadra juga dikenal sebagai sosok yang sangat merangkul dan memperhatikan para pemainnya.

Memahami "Kitab Sijjin & Illiyyin"

Banyak yang penasaran dengan apa sebenarnya "Kitab Sijjin & Illiyyin" itu. Yunita Siregar menjelaskan bahwa para pemain baru memahami makna kitab tersebut saat proses reading. "Kitab Sijjin & Illiyyin" adalah kitab yang mencatat amal baik dan buruk manusia. Amal baik tercatat dalam Kitab Illiyyin, sedangkan amal buruk tercatat dalam Kitab Sijjin. Dengan film ini, diharapkan semakin banyak orang yang memahami tentang "Kitab Sijjin & Illiyyin."

Fakta Unik di Balik Syuting Film Horor

Yunita Siregar membagikan fakta unik saat syuting film horor, salah satunya adalah darah yang digunakan dalam adegan berdarah ternyata rasanya manis. Selain itu, properti tulang-tulang yang terlihat menyeramkan dalam trailer ternyata terbuat dari cokelat putih. Meskipun terlihat menakutkan di kamera, proses syutingnya sangat menyenangkan dengan berbagai trik yang membuat Yunita Siregar kagum.

Horor atau Drama, Mana yang Lebih Sulit?

Menurut Sultan Hamongan, syuting film horor lebih sulit karena adegannya sangat intens dan membutuhkan energi yang besar. Adegan-adegan seperti berteriak dan berdarah-darahan mengharuskan dirinya untuk menjaga energi agar tetap stabil. Sementara itu, Yunita Siregar berpendapat bahwa baik horor maupun drama memiliki tingkat kesulitan masing-masing. Drama membutuhkan emosi yang tulus dan tidak bisa dipura-purakan, sedangkan horor lebih menantang secara fisik.

Teknis Film yang Membuat Kagum

Yunita Siregar kagum dengan teknis film ini, terutama saat adegan ritual dengan dukun. Ia terkejut saat melihat nampan dan jarum bergerak sendiri, yang ternyata menggunakan sistem magnet. Sultan Hamongan juga dibuat pusing saat adegan membenturkan kepala karena terlalu kencang. Selain itu, adegan yang berulang-ulang karena darah yang mengenai kamera menjadi tantangan tersendiri.

Karakter yang Disukai dan Tidak Disukai

Sultan Hamongan tidak menyukai karakter Dean yang usil, nakal, dan susah dibilangin. Dean juga terlalu terobsesi dengan dunia mistis. Sementara itu, Yunita Siregar menyukai karakter Yuli yang sangat mencintai orang tuanya. Meskipun Yuli melakukan hal yang tidak baik, ia memiliki alasan tersendiri. Film ini juga menjadi pengingat bahwa menyelesaikan masalah dengan dendam tidak akan berujung baik.

Adegan yang Terlihat Mudah Namun Sulit Dilakukan

Yunita Siregar mengungkapkan bahwa adegan saat dirinya dikafani dan membaca mantra ternyata sangat sulit dilakukan. Ia merasa deg-degan karena settingnya sangat realistis, bahkan menyerupai liang lahat. Ia merasa tidak berdaya karena seluruh tubuhnya diikat dan hidungnya ditutup, sehingga harus menarik napas panjang sebelum membaca mantra.

Set yang Membuat Merinding

Yunita Siregar merinding saat syuting adegan bersama jenazah Ibu Jenar yang ternyata adalah prostetik. Prostetik tersebut sangat mirip dengan Ibu Ambar, sehingga membuat suasana menjadi tidak nyaman. Bahkan, Ibu Ambar sendiri merasa tidak nyaman saat berada di dekat prostetik tersebut.

Scroll to Top