Gaza di Ambang Kelaparan Massal: Tragedi Kemanusiaan yang Tak Berujung

Nestapa warga Gaza terus berlanjut di tengah konflik yang berkecamuk. Selain gempuran tanpa henti, mereka kini dihantui ancaman kelaparan massal yang kian nyata.

Badan PBB yang menangani masalah pangan melaporkan bahwa hampir sepertiga penduduk Gaza mengalami kekurangan pangan akut, bahkan "tidak makan selama berhari-hari". Kondisi ini menggambarkan betapa dahsyatnya krisis kemanusiaan yang melanda wilayah tersebut sejak Oktober tahun lalu.

Program Pangan Dunia (WFP) menyebutkan bahwa situasi di Gaza telah mencapai "tingkat keputusasaan yang mencengangkan". Sebelumnya, WFP telah memperingatkan risiko kelaparan kritis jika tidak ada tindakan nyata. Kecaman internasional pun terus mengalir atas kondisi memprihatinkan di Gaza.

Menurut WFP, sekitar 470.000 warga Gaza diperkirakan akan menghadapi "bencana kelaparan" atau "kelaparan katastropik" antara Mei dan September tahun ini. Harga pangan yang melambung tinggi membuat bantuan pangan menjadi satu-satunya harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan makanan. Ironisnya, banyak nyawa melayang akibat minimnya bantuan kemanusiaan.

Organisasi kemanusiaan telah lama memperingatkan peningkatan jumlah anak-anak yang menderita kekurangan gizi di Gaza. Blokade yang diberlakukan sejak Maret lalu semakin memperburuk keadaan.

Meski demikian, ada pihak yang membantah bertanggung jawab atas kelaparan massal yang terjadi. Tuduhan bahwa kekurangan pangan kronis dan kelaparan massal adalah akibat dari tindakan mereka dibantah keras.

Sebanyak 111 organisasi kemanusiaan dan HAM menyatakan bahwa "kelaparan massal" sedang meluas di Gaza. Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut kelaparan ini sebagai "buatan manusia".

Pernyataan ini memicu reaksi keras. Juru bicara pemerintah membantah bahwa mereka menyebabkan kelaparan di Gaza dan menuding kelompok tertentu sengaja menciptakan krisis kemanusiaan.

Tragedi kemanusiaan ini semakin diperparah dengan serangan yang menewaskan sedikitnya 25 orang, di mana sebagian besar korban sedang menunggu bantuan kemanusiaan. Serangan udara dan tembakan pasukan terjadi saat mereka mengantre untuk mendapatkan pasokan bantuan.

Staf rumah sakit melaporkan bahwa banyak korban tewas akibat tembakan saat menunggu truk bantuan kemanusiaan di dekat perlintasan perbatasan. Saksi mata mengatakan bahwa ribuan orang berkumpul di area tersebut untuk menunggu bantuan, namun justru menjadi sasaran tembak.

Scroll to Top