Malam sering kali menjadi waktu yang paling hening. Di balik riuhnya aktivitas seharian dan padatnya dunia maya, kesunyian tetap datang saat lampu dipadamkan. Bagi sebagian orang, keheningan adalah teman, namun bagi yang lain, ia adalah musuh yang harus dilawan. Salah satu cara yang kini populer adalah sleep call, panggilan telepon yang sengaja dibiarkan tersambung hingga terlelap.
Nadif, seorang perempuan muda berusia 22 tahun, adalah salah satu contohnya. Kebiasaan ini dimulainya sejak merantau ke Jakarta untuk kuliah tiga tahun lalu. Bukan dengan layanan berbayar, melainkan dengan kekasihnya saat itu. "Setiap malam harus sleep call. Walaupun sudah bertemu seharian, tetap harus dengar suaranya dulu baru bisa tidur," ujarnya.
Sejak meninggalkan Cirebon, malam hari menjadi waktu yang berat baginya. Ia merindukan suara-suara familiar dari rumah, seperti ibunya yang menonton sinetron atau obrolan santai dengan adiknya. Bersama pacarnya, sleep call menjadi ritual untuk menenangkan diri. "Dengar suaranya saja sudah bikin lega," kata Nadif. Namun, setelah hubungan itu berakhir, malam-malamnya kembali sunyi. Ia mengaku mengalami insomnia selama berbulan-bulan dan sempat mencoba podcast atau white noise, namun tak ada yang benar-benar membantu.
"Setelah putus, rasanya ada kekosongan yang sulit diisi. Tidur jadi susah banget. Akhirnya menemukan jasa sleep call di TikTok. Awalnya coba-coba, tapi sekarang malah jadi pelanggan tetap," ceritanya.
Nadif memesan layanan ini untuk sekadar mendengarkan cerita atau berbagi keluh kesah. Baginya, ini bukan sekadar hiburan, tetapi cara untuk merasa terhubung dan tidak sendirian. Awalnya ia merasa canggung membayar seseorang hanya untuk berbicara sebelum tidur, namun rasa sepi ternyata lebih kuat.
"Obrolannya ringan saja, bisa soal pekerjaan, kegiatan sehari-hari, atau bahkan hanya diam-diaman. Tapi entah kenapa tetap bikin tenang," ujarnya. Kini, ia memesan layanan sleep call dua hingga tiga kali seminggu, bukan karena belum move on, tetapi karena merasa lebih tenang ditemani suara orang lain saat malam tiba.
Fenomena sleep call ini membuka peluang bagi mereka yang bersedia menjadi teman bicara menjelang tidur. Eva, seorang perempuan berusia 23 tahun, adalah salah satunya. Ia menjadi talenta di layanan jasa Sleep Callmu. Pekerjaan ini bermula dari keisengan, namun ternyata mendatangkan penghasilan dan pengalaman emosional yang tak sedikit.
"Awalnya coba-coba saja, eh ternyata banyak yang pesan. Kebanyakan kliennya laki-laki, mulai dari yang baru putus, insomnia, sampai yang cuma kesepian," tutur Eva. "Ada juga yang pasangannya LDR, jadi dia butuh sleep call sebagai pengganti pacarnya sementara."
Meskipun terdengar sederhana, menjadi talenta sleep call bukan tanpa risiko. Eva mengaku pernah beberapa kali mendapat gangguan dari klien yang tidak sopan. "Ada yang suka kirim voice note aneh-aneh, mengajak membicarakan hal-hal seksual. Tapi aku sudah tahu cara menghadapinya dan langsung memblokir mereka," katanya.
Sebagian besar klien Eva hanya butuh didengarkan. Mereka akan bercerita panjang lebar, mulai dari pekerjaan, keluarga, hingga masalah pribadi. Eva merasa seperti tempat sampah emosional, namun ia juga melihatnya sebagai bentuk kepercayaan.
"Mereka bercerita tentang hal yang bahkan tidak bisa mereka ceritakan kepada orang terdekat. Aku jadi belajar banyak tentang kehidupan orang," ujar Eva. "Ada satu klien yang setiap malam selalu menangis dulu baru bisa tidur."
Di balik sistem yang mengatur para talenta seperti Eva, ada Fahri, seorang pemuda asal Cilegon, Banten, yang membangun platform Sleep Callmu sejak Juli 2022. Ia memutuskan untuk fokus membangun usaha yang belum banyak dikenal, tetapi diam-diam sangat dibutuhkan orang. Akun Instagram Sleep Callmu_ kini telah diikuti oleh ribuan followers, dan setiap minggunya mereka memproses ratusan transaksi.
"Jadi, ada persentase untuk setiap klien yang di-handle. Intinya, persentasenya lebih besar untuk talent-nya," kata Fahri.
Meskipun terlihat menjanjikan, merintis bisnis sleep call bukan tanpa tantangan. Salah satunya adalah stigma masyarakat yang cenderung negatif, mengaitkan sleep call dengan praktik seksual terselubung.
"Di sini sebenarnya fokus pada telepon dan chatting saja. Berbeda dengan di tempat lain yang menawarkan layanan video call, foto, atau bahkan bertemu langsung. Di sini tidak ada. Tapi ya, stigmanya masih ke arah sana," jelasnya.
Fahri berusaha menjaga batasan layanan dengan ketat. Setiap klien yang terindikasi menyalahgunakan layanan akan langsung diblokir. Bahkan setelah layanan selesai, nomor klien biasanya tidak bisa lagi menghubungi talenta yang bersangkutan.
Namun, di sisi lain, banyak klien yang datang dengan keresahan serius, bahkan dengan masalah kesehatan mental. Fahri masih ingat salah satu testimoni yang membuatnya terharu.
"Awalnya dia datang dan bilang sudah tidak kuat, tidak ada tempat cerita, bingung harus berbicara dengan siapa. Kami senang jika ada yang berniat bunuh diri, dan sejenisnya. Besoknya dia datang lagi, tetapi sudah tidak membahas hal itu lagi. Dia bilang terima kasih kepada talenta Sleep Callmu," jelas Fahri.
Layanan yang ditawarkan Sleep Callmu sangat bervariasi, mulai dari paket telepon biasa, chat curhat, hingga story sleep, layanan di mana klien dibacakan cerita atau novel sebelum tidur. Salah satu klien yang masih duduk di bangku sekolah bahkan meminta talenta membacakan jurnal sebagai persiapan ulangan.
"Contohnya, di sini juga ada story sleep. Itu sama saja dengan telepon, hanya dikembangkan saja. Story sleep sama saja seperti telepon, hanya ada cerita sebelum tidur. Seperti dongeng sebelum tidur," tambah Fahri.
Tarif layanan di Sleep Callmu juga fleksibel dan sangat bervariasi, mulai dari beberapa ribu rupiah untuk durasi pendek, hingga paket premium yang lebih mahal. Layanan sleep call kini tidak hanya menyediakan teman bicara sebelum tidur, tetapi juga menjadi pintu masuk untuk menjangkau kebutuhan yang lebih kompleks, dari pendampingan emosional hingga pengembangan diri.
Bekerja sama dengan ahli, layanan ini juga membuka ruang untuk eksplorasi diri melalui Human Design Reading, panduan mengenal potensi dan pola kehidupan seseorang berdasarkan data kelahiran. Ada pula sesi coaching khusus bagi mereka yang ingin pindah karier, menyusun CV, atau mengejar beasiswa. Sleep call menjadi semacam titik awal, bukan hanya soal mengantar tidur, tetapi juga mendampingi mereka yang tengah mencari arah hidup, jauh dari kampung halaman, atau sekadar butuh didengarkan.
Fenomena ini pernah diangkat ke layar lebar dalam film "Sleep Call" (2023) yang menggambarkan sisi gelap dari interaksi virtual. Film ini menyoroti potensi relasi yang semu dan ketergantungan emosional yang mungkin timbul dari layanan sleep call. Meskipun tidak selalu berujung bahaya, sleep call tetap mengandung potensi tersebut. Bagi sebagian orang, suara di seberang telepon mampu mengisi kekosongan, walau hanya sebentar.