Demam Berdarah Dengue (DBD) kini menjadi ancaman kesehatan yang konstan, tidak lagi terbatas pada musim tertentu. Virus dengue dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia atau perubahan cuaca.
Dokter spesialis anak menegaskan bahwa virus dengue aktif sepanjang tahun dan dapat menginfeksi siapa pun. Gejala awal seringkali mirip flu biasa, seperti demam tinggi, sakit kepala, mual, nyeri otot, dan ruam, yang seringkali membuat diagnosis terlambat. Keterlambatan penanganan dapat memicu komplikasi serius seperti dengue shock syndrome.
Data dari Kementerian Kesehatan RI mencatat lebih dari 79 ribu kasus DBD di Indonesia hingga pertengahan tahun ini, dengan angka kematian mencapai 359 jiwa. Secara global, tahun ini mencatatkan rekor kasus DBD tertinggi, mencapai lebih dari 14 juta kasus. Kelompok usia anak-anak dan remaja 5-14 tahun menjadi yang paling rentan dengan tingkat kematian tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Karena belum ada pengobatan khusus untuk DBD, pencegahan adalah kunci utama. Virus dengue memiliki empat serotipe, yang berarti seseorang dapat terinfeksi lebih dari sekali, dan infeksi kedua seringkali lebih parah.
Langkah-langkah preventif seperti 3M Plus dan vaksinasi sangat penting, dan vaksinasi kini direkomendasikan untuk anak-anak dan orang dewasa.
Seorang tokoh publik yang juga seorang ibu, menekankan pentingnya pencegahan sebagai prioritas utama keluarga. Ia mengajak para orang tua untuk lebih aktif menjaga kebersihan lingkungan dan mencari informasi lengkap tentang pencegahan DBD.
Momentum Hari Anak Nasional menjadi pengingat penting bahwa setiap anak berhak tumbuh sehat dan terlindungi. Dukungan terhadap edukasi dan upaya kolaboratif diperlukan agar Indonesia dapat mencapai target nol kematian akibat DBD pada tahun 2030.
Penting untuk mengubah persepsi masyarakat tentang DBD. Bukan hanya penyakit musiman, DBD adalah tantangan kesehatan sepanjang tahun yang memerlukan kewaspadaan dan tindakan kolektif dari semua pihak.
