Jakarta – Pasukan Israel kembali melakukan tindakan kontroversial dengan merampas Kapal Handala yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Insiden ini terjadi di perairan internasional pada Minggu (27/7), ketika kapal tersebut dipaksa berlabuh di pelabuhan Ashdod.
Tindakan pembajakan ini menuai kecaman karena melanggar hukum internasional, bahkan disaksikan oleh seorang jurnalis. Para aktivis dari Koalisi Kebebasan Flotilla, yang berupaya menerobos blokade laut Israel di wilayah Palestina, sekali lagi harus menelan kekecewaan.
Pusat hak asasi hukum Adalah menyatakan telah menugaskan pengacaranya ke Ashdod untuk mendampingi 21 awak kapal internasional yang ditahan, termasuk dua anggota parlemen Prancis dan dua jurnalis. Mereka menegaskan bahwa misi damai ini ditujukan untuk membantu anak-anak Gaza dan mengecam blokade ilegal Israel.
Israel mengklaim bahwa tindakan mereka bertujuan untuk mencegah kapal memasuki perairan Gaza. Namun, Koalisi Kebebasan Flotilla menegaskan bahwa Kapal Handala berada di perairan internasional ketika dicegat.
Di dalam kapal terdapat aktivis dari 10 negara, termasuk anggota parlemen Prancis, Emma Fourreau dan Gabrielle Cathala.
Ini bukan kali pertama Israel menggagalkan upaya pengiriman bantuan ke Gaza. Sebelumnya, Kapal Madleen yang membawa aktivis iklim Greta Thunberg juga mengalami nasib serupa.
Tekanan internasional terhadap Israel terus meningkat seiring dengan krisis kemanusiaan yang melanda lebih dari 2 juta warga Gaza. Kelaparan meluas akibat pembatasan ketat terhadap masuknya bantuan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kelaparan di Gaza sebagai "bencana buatan manusia," sementara Prancis menyalahkan blokade Israel sebagai penyebab utama.
Meskipun demikian, Israel membantah bertanggung jawab atas krisis ini dan justru menuduh Hamas menghambat distribusi bantuan serta badan-badan bantuan internasional gagal mengambil bantuan.
Genosida Israel di Gaza telah merenggut nyawa lebih dari 59 ribu warga Palestina, sebagian besar warga sipil, menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.