Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan hari Senin (28 Juli 2025) dengan sangat baik, melonjak 1,25% ke level 7.638,16. Kenaikan ini didukung oleh dominasi saham yang menguat, dengan 323 saham bergerak naik, sementara 158 saham terkoreksi dan 472 saham stagnan.
Aktivitas perdagangan cukup ramai di 10 menit pertama, dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,4 triliun dari 2,46 miliar saham yang diperdagangkan dalam 171.900 transaksi.
Sektor keuangan menjadi pendorong utama laju IHSG, mencatat kenaikan sebesar 2,06%. Sektor energi dan properti juga turut memberikan kontribusi positif dengan kenaikan masing-masing 1,14% dan 1,02%.
Saham asuransi Sinar Mas (SMMA) menjadi bintang pagi ini, melonjak 20% hingga menyentuh auto reject atas (ARA) di level 27.225 dan menyumbang 36,1 poin indeks. Saham perbankan besar seperti BBRI (naik 1,55%), BBCA (naik 1,78%), dan BMRI (naik 1,28%) juga turut mendukung kenaikan IHSG.
Berbeda dengan sebelumnya, saham-saham konglomerat tidak terlalu berpengaruh pada pergerakan IHSG di awal perdagangan. Hanya BREN, milik Prajogo Pangestu, yang masuk dalam daftar 10 saham penggerak utama dengan kenaikan 1,63%.
Pekan ini, pelaku pasar akan memantau sejumlah agenda global penting, termasuk keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan China, serta data manufaktur dari China dan Indonesia.
Kinerja positif IHSG selama pekan lalu, dengan kenaikan 3,17% ke level 7.543,50 pada hari Jumat (25 Juli 2025), memperkuat tren bullish di pasar saham domestik. IHSG berhasil menembus level resisten 7.350 (terbentuk pada 23 Januari 2025) dan rentang 7.464,75-7.530,55 (tercatat pada 11 Desember 2024).
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa IHSG telah membentuk enam gap teknikal pada grafik harian sejak awal Juli:
- Gap 1: 6.943,92 – 6.955,45
- Gap 2: 7.013,63 – 7.026,48
- Gap 3: 7.055,79 – 7.071,34
- Gap 4: 7.216,81 – 7.226,11
- Gap 5: 7.291,56 – 7.311,91
- Gap 6: 7.469,23 – 7.478,36
Dalam analisis teknikal, gap cenderung akan ditutup kembali di masa mendatang. Level resisten yang berhasil ditembus berpotensi menjadi area support teknikal yang baru. Jika terjadi koreksi, IHSG berpeluang menguji kembali level-level tersebut sebagai support dinamis.