Para pejabat tinggi ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan China dijadwalkan bertemu di Stockholm, Swedia, pada tanggal 28 Juli 2025, untuk membahas isu krusial "perang dagang" yang sedang berlangsung antara kedua negara. Pertemuan yang berlangsung hingga hari Selasa ini menjadi kelanjutan dari serangkaian negosiasi tarif yang sebelumnya diadakan di Jenewa, Swiss, dan London, Inggris, pada bulan Mei lalu.
Dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, AS dan China sepakat untuk memangkas tarif secara timbal balik, dengan barang-barang AS yang masuk ke China dikenakan tarif 10% dan sebaliknya, barang-barang China yang masuk ke AS dikenakan tarif 30%. Namun, kesepakatan ini hanya bersifat sementara dan memiliki masa berlaku selama 90 hari yang akan berakhir pada tanggal 12 Agustus. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, akan bertemu dengan tim China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng dalam upaya untuk mencapai kesepakatan yang lebih permanen.
Pertemuan ini juga berlangsung di tengah ancaman kenaikan tarif impor barang ke AS yang dilontarkan oleh Presiden Donald Trump, yang dijadwalkan akan diberlakukan pada tanggal 1 Agustus. Jika ancaman ini menjadi kenyataan, tarif yang lebih tinggi akan dikenakan pada produk-produk dari negara-negara mitra dagang AS, dengan tingkat dasar yang meningkat dari 10% menjadi 50%.
Emily Benson, Kepala Strategi Minerva Technology Futures, mengatakan bahwa terdapat perubahan signifikan dalam pemikiran pemerintah AS tentang China, terutama sejak perundingan di London. Menurutnya, suasana saat ini lebih terfokus pada pencapaian kemajuan, pemanasan hubungan, dan upaya untuk meredakan ketegangan.
Benson percaya bahwa kedua negara dapat mencapai kemajuan, terutama setelah mereka setuju untuk memulai kembali aliran logam tanah jarang dan semikonduktor tertentu. Sementara itu, Thibault Denamiel, seorang peneliti di Centre for Strategic and International Studies, berpendapat bahwa perpanjangan kesepakatan AS-China untuk mempertahankan tarif pada tingkat yang lebih rendah akan menunjukkan bahwa kedua belah pihak melihat nilai dalam melanjutkan perundingan.
Selain dengan China, Trump juga telah mengumumkan pakta perdagangan dengan Uni Eropa (UE), Inggris, Vietnam, Jepang, Indonesia, dan Filipina. Namun, rincian lebih lanjut mengenai pakta-pakta ini masih belum banyak diketahui.
AS-UE Sepakat Tarif 15%
Sebelumnya, AS dan UE telah mencapai kesepakatan kerangka perdagangan yang mengenakan tarif impor 15% pada sebagian besar barang dari Benua Biru. Kesepakatan ini ditandatangani pada hari Minggu, setelah pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Skotlandia.
Kesepakatan ini mencakup investasi UE di AS yang mencapai US$600 miliar serta peningkatan pembelian senjata dan energi dari Negeri Paman Sam. Trump menggambarkan kesepakatan ini sebagai "kesepakatan terbesar yang pernah dibuat" dan mengatakan bahwa tarif 15% akan berlaku untuk mobil dan semua barang lainnya. Von der Leyen, yang menyebut Trump sebagai negosiator yang tangguh, mengatakan bahwa tarif 15% berlaku "secara menyeluruh" dan mengklaim bahwa itu adalah "yang terbaik yang bisa kami dapatkan".