Rupiah Menguat Berkat Kebijakan Stabilisasi Bank Indonesia

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif terhadap dolar AS. Keberhasilan ini didukung penuh oleh langkah-langkah stabilisasi yang diterapkan oleh Bank Indonesia (BI).

Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa rupiah berhasil mempertahankan stabilitasnya dan cenderung menguat berkat dukungan kebijakan stabilisasi BI.

Sri Mulyani membandingkan kondisi rupiah saat ini dengan situasi ketika Presiden AS Donald Trump pertama kali mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada April 2025. Saat itu, rupiah sempat menyentuh level Rp 16.865 per dolar AS. Namun, pada 30 Juni 2025, rupiah berhasil kembali menguat ke level Rp 16.235 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memperlihatkan tren penguatan yang didukung oleh konsistensi kebijakan stabilisasi BI, meskipun ketidakpastian global masih tinggi," jelas Sri Mulyani.

Selain intervensi BI, penguatan rupiah juga didorong oleh aliran modal asing yang terus masuk ke Indonesia. Hal ini menjaga pasokan dolar AS tetap stabil di dalam negeri.

"Persepsi positif investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia turut berperan. Selain itu, konversi valuta asing ke rupiah oleh eksportir setelah penguatan kebijakan terkait devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) juga mendukung apresiasi nilai tukar rupiah," tambahnya.

Pada 25 Juli 2025, nilai tukar rupiah relatif stabil di Rp 16.315 per dolar AS. Sri Mulyani memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan tetap stabil di masa depan, didukung oleh komitmen BI.

Namun, perlu dicatat bahwa pada perdagangan hari ini, Senin (28/7), rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS. Data menunjukkan penurunan sebesar 0,15%, dengan nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 16.335 per dolar AS.

Scroll to Top