Stockbitor tersayang!
Bank Central Asia (BBCA) mencatatkan laba bersih Rp14,9 triliun di kuartal kedua 2025, naik 6% YoY dan 5% QoQ. Ini membawa laba bersih semester pertama 2025 menjadi Rp29 triliun, tumbuh 8% YoY, sesuai ekspektasi pasar. Kinerja ini mirip dengan kuartal sebelumnya, namun dengan fokus pada kualitas kredit.
PPOP Solid Mendorong Laba Bersih
Pendapatan bunga bersih (NII) meningkat 6%/7% YoY di kuartal kedua/semester pertama 2025, didukung pertumbuhan kredit 13% YoY per Juni 2025. Manajemen BBCA tetap optimis dengan target pertumbuhan kredit 6–8% YoY untuk tahun 2025, meskipun pertumbuhan semester pertama didorong pinjaman jangka pendek dan sikap yang lebih konservatif. Pendapatan non-bunga (Non-II) juga meningkat solid 13%/11% YoY di kuartal kedua/semester pertama, sementara biaya operasional terkendali di level 8%/5% YoY.
Kualitas Aset Menurun, Prediksi Biaya Kredit Naik
Beban provisi melonjak 81%/43% YoY di kuartal kedua/semester pertama 2025, menyebabkan biaya kredit (CoC) mencapai 0,5% di semester pertama (vs. 0,3% di semester pertama 2024). Manajemen BBCA menyatakan penambahan provisi ini sebagai langkah antisipatif terhadap ketidakpastian. NPL gross kembali naik ke 2,2% di kuartal kedua (vs. 2% di kuartal pertama, 1,8% di kuartal keempat 2024). Penurunan kualitas aset terjadi di segmen SME dan Konsumer, membuat BBCA memperkirakan pertumbuhan kredit dari kedua segmen ini akan melambat di semester kedua 2025. Semester pertama 2025, segmen SME dan Konsumer tumbuh masing-masing 11% YoY dan 8% YoY.
Inti Sari
Meskipun berharap percepatan belanja pemerintah dan penurunan suku bunga akan mendorong ekonomi – dan pertumbuhan kredit serta Dana Pihak Ketiga (terutama CASA) – di semester kedua 2025, manajemen BBCA tetap mempertahankan target pertumbuhan kredit, tetapi menaikkan target CoC sebagai langkah antisipasi.
ASII Semester Pertama 2025: Laba Bersih Turun 2% YoY, Operasional Kurang Memuaskan
Astra International (ASII) mencatatkan laba bersih Rp8,6 triliun di kuartal kedua 2025 (naik 2% YoY, 24% QoQ). Laba bersih semester pertama 2025 mencapai Rp15,5 triliun (turun 2% YoY), setara 49% estimasi konsensus 2025. Laba bersih kuartal kedua didorong pendapatan lain-lain dan keuntungan kurs, mencapai Rp1,5 triliun/Rp1,6 triliun di kuartal kedua/semester pertama 2025. Laba usaha turun 7%/8% YoY di kuartal kedua/semester pertama 2025. Laba bersih segmen Jasa Keuangan (+6% YoY), Agribisnis (+40% YoY), dan Infrastruktur (+38% YoY) menopang kinerja ASII di semester pertama 2025, sementara segmen Auto (-8% YoY) serta Alat Berat & Pertambangan (-15% YoY) mengalami penurunan.
- Pantai Indah Kapuk Dua (PANI) dan anak usahanya, Bangun Kosambi Sukses (CBDK), akan mengaudit laporan keuangan semester pertama 2025. Laporan keuangan akan disampaikan paling lambat 30 September 2025.
- Indosat (ISAT) mencatatkan laba bersih ~Rp1 triliun di kuartal kedua 2025 (turun 29% YoY, 22% QoQ). Laba bersih semester pertama 2025 mencapai Rp2,3 triliun (turun 15% YoY), di bawah ekspektasi. Laba usaha semester pertama 2025 turun 14% YoY menjadi ~Rp4,9 triliun, akibat penurunan pendapatan (-3% YoY) dan kenaikan beban pokok pendapatan (+3% YoY). EBITDA semester pertama 2025 juga turun 4% YoY menjadi Rp12,9 triliun, sehingga manajemen merevisi target pertumbuhan EBITDA 2025 menjadi low single-digit, dari target semula lebih dari +10%. Rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) segmen Mobile di kuartal kedua 2025 stabil di Rp38,5 ribu (+0% YoY, -2% QoQ), tetapi jumlah pelanggan turun menjadi 95,4 juta (-5% YoY, +0% QoQ).
- Mayora Indah (MYOR) mencatatkan laba bersih Rp477 miliar (turun 21% YoY, 31% QoQ). Laba bersih semester pertama 2025 mencapai Rp1,17 triliun (turun 32% YoY), di bawah ekspektasi. Penurunan laba bersih disebabkan oleh penurunan margin laba kotor menjadi 21,2%. Pendapatan tumbuh +10% YoY di semester pertama 2025, tetapi dengan pelemahan pertumbuhan di kuartal kedua menjadi +6% YoY.
- Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) mencatat laba bersih Rp210 miliar di kuartal kedua 2025 (turun 80% YoY, 89% QoQ). Laba bersih semester pertama 2025 hanya mencapai Rp2,1 triliun (turun 36% YoY), di bawah ekspektasi. Kinerja laba bersih tertekan oleh beban pajak one-off di kuartal kedua. Laba kotor dan laba usaha masih tumbuh +18% YoY dan +41% YoY di kuartal kedua, sehingga selama semester pertama tumbuh +11% YoY dan +8% YoY. Pendapatan melemah -4,6% YoY selama semester pertama 2025, ditekan oleh penurunan harga jual rata-rata dan volume penjualan masing-masing sebesar -3,1% YoY dan -1,5% YoY.
- Dua anggota direksi Chandra Daya Investasi (CDIA), Merly dan Agus Lukmanul Hakim, membeli 4 juta saham dan 1,5 juta saham CDIA masing-masing dengan harga rata-rata Rp1.290 per lembar pada 24–25 Juli 2025. Total nilai transaksi mencapai ~Rp7 miliar.
- Darma Henwa (DEWA) memperoleh fasilitas kredit sindikasi untuk modal kerja senilai Rp350 miliar dari Bank Central Asia (BBCA) dan OK Bank, dengan opsi peningkatan hingga Rp500 miliar. Fasilitas bertenor 2 tahun ini memiliki bunga 8,3% per tahun.
Top Gainer dan Top Loser tidak disebutkan.
Hal Lain yang Perlu Diketahui…
- IMF meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 dan 2026 menjadi +3% YoY dan +3,1% YoY. IMF juga meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 dan 2026 menjadi +4,8% YoY.
- AS akan mengenakan tarif 25% terhadap barang asal India per 1 Agustus 2025.
- APBI memperkirakan permintaan batu bara dari industri smelter akan mencapai puncaknya di angka 84,2 juta ton pada 2026, sebelum turun ke level 78,6 juta ton pada 2027. Volume ekspor batu bara Indonesia mengalami kontraksi -12,6% YoY selama semester pertama 2025.
- AS akan menetapkan tarif 0% pada sumber daya alam yang tidak diproduksi AS, seperti kopi dan kakao, bagi negara-negara yang memiliki kesepakatan dagang dengan AS, termasuk Indonesia.
- PPATK akan melanjutkan pemblokiran rekening tabungan berstatus dorman.
- United Tractors (UNTR) masih melakukan review mengenai proyeksi penjualan alat berat Komatsu hingga akhir 2025. Penjualan Komatsu mencapai 2.728 unit selama semester pertama 2025 (+27,1% YoY).
- Kepemilikan Astra International (ASII) di Medikaloka Hermina (HEAL) bertambah sebanyak 65,3 juta (0,42%) saham.