Orang Kaya Indonesia Ramai-Ramai Pindahkan Aset ke Luar Negeri, Rupiah Tertekan?

JAKARTA – Gelombang kekhawatiran akan kondisi ekonomi dan stabilitas fiskal Indonesia mendorong para pemilik modal besar untuk memindahkan aset mereka ke luar negeri. Laporan terbaru mengungkap bahwa ratusan juta dollar AS telah dialihkan, memicu spekulasi tentang dampak terhadap nilai tukar rupiah.

Emas dan properti tetap menjadi pilihan favorit sebagai aset "safe haven". Namun, tren baru menunjukkan peningkatan minat pada mata uang kripto, khususnya stablecoin USDT yang dipatok 1:1 terhadap dollar AS. Aset-aset ini menawarkan jalur bagi individu berdompet tebal untuk memindahkan dana dalam jumlah signifikan tanpa menarik perhatian berlebihan.

Seorang bankir swasta mengungkapkan bahwa beberapa klien dengan kekayaan bersih antara 1,5 triliun hingga 6 triliun rupiah telah mengalihkan hingga 10% aset mereka ke mata uang kripto. Tren ini semakin menguat setelah pelemahan tajam rupiah pada Maret 2025.

Keluarnya dana dari Indonesia, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, diyakini turut memperparah depresiasi rupiah. Mata uang Garuda sempat mencapai titik terendah sepanjang sejarah terhadap dollar AS sebelum sedikit menguat.

Kekhawatiran pasar juga dipicu oleh potensi belanja besar-besaran di era pemerintahan Prabowo Subianto, yang dikhawatirkan dapat menggerus disiplin fiskal yang telah dibangun sebelumnya.

"Saya semakin sering membeli USDT dalam beberapa bulan terakhir," ujar seorang mantan eksekutif dari sebuah konglomerat besar Indonesia. "Ini memungkinkan saya menjaga nilai aset dan memindahkannya ke luar negeri jika diperlukan, tanpa harus membawanya secara fisik. Prospek ekonomi Indonesia dan risiko terhadap stabilitas politik negara ini benar-benar membuat saya cemas."

Langkah-langkah yang diambil oleh Prabowo sejak menjabat, seperti memperluas peran militer dan meningkatkan belanja negara, dinilai menjadi penyebab volatilitas di pasar saham dan mata uang. Target pertumbuhan ekonomi 8% yang ambisius membutuhkan belanja pemerintah yang sangat besar, yang memicu kekhawatiran investor tentang potensi defisit fiskal, peningkatan utang, kenaikan pajak, dan tekanan inflasi.

Sejak Februari 2025, sebuah firma penasihat keuangan mencatat bahwa klien mereka telah memindahkan sekitar 750 miliar rupiah ke Dubai dan Abu Dhabi, meningkat signifikan dari 150 miliar rupiah pada kuartal sebelumnya. Dana tersebut digunakan untuk membeli properti atas nama anggota keluarga atau teman, bahkan untuk mendirikan perusahaan cangkang melalui visa kerja di Dubai.

Wilayah Timur Tengah menjadi tujuan alternatif setelah Singapura memperketat pengawasan perbankan pasca-skandal pencucian uang. Kripto menawarkan celah untuk menghindari pengawasan tersebut.

USDT semakin populer sebagai cara menghindari deteksi dalam menukar mata uang dan memindahkan dana di atas 1,5 miliar rupiah ke luar negeri. Transfer dana dalam jumlah besar dapat memicu pertanyaan dari regulator dan memerlukan pembuktian, serta berpotensi masuk radar aturan anti-pencucian uang.

Pasangan USDT/rupiah kini mencakup lebih dari seperempat volume harian di salah satu bursa kripto terbesar di Indonesia.

Analis berpendapat bahwa gelombang arus keluar dana ini masih mungkin dibendung jika Prabowo memberikan jaminan soal disiplin fiskal dan komitmen terhadap investasi utama.

Scroll to Top