Penjualan Mobil Stagnan: Beban Pajak Tinggi Jadi Sorotan Utama

Penjualan mobil di Indonesia mandek di angka 1 juta unit selama satu dekade terakhir. Salah satu penyebab utama adalah lemahnya daya beli masyarakat, yang diperparah oleh tingginya pajak untuk mobil konvensional.

Sekretaris Umum Gaikindo menyoroti perbandingan harga dan pajak antara Indonesia dan negara tetangga. Contohnya, Toyota Avanza yang diproduksi dan dijual di Indonesia, serta diekspor ke Malaysia, memiliki perbedaan signifikan dalam biaya tahunan. Di Indonesia, pajak tahunan Avanza mencapai Rp 5 juta, sementara di Malaysia hanya Rp 500 ribu.

"Jika kita telusuri lebih dalam, mobil seharga Rp 100 juta dari pabrik bisa menjadi Rp 150 juta saat dibeli. Selisih Rp 50 juta itu adalah pajak," jelasnya. Beban pajak yang besar inilah yang dinilai menghambat pertumbuhan penjualan mobil.

Lebih lanjut, kelas menengah dengan jumlah 10 hingga 11 juta jiwa saat ini mengalami penurunan daya beli. Kenaikan pendapatan mereka hanya sekitar 3% per tahun, sementara harga mobil yang menjadi incaran utama kelas menengah melonjak 7,5%. Kesenjangan ini semakin membesar dari waktu ke waktu.

Penjualan mobil di Indonesia saat ini sedang tertekan, dengan angka 865 ribu unit pada tahun 2024. Kondisi ini perlu diantisipasi agar tidak berlanjut. Jika penurunan terus terjadi, bukan hanya produsen mobil yang terpengaruh, tetapi juga para pemasok (supplier) di berbagai tingkatan.

Scroll to Top