Rupiah berada di bawah tekanan besar dan diprediksi akan menembus level psikologis terendahnya sepanjang sejarah di Rp17.000 per dolar AS dalam waktu dekat. Ketidakpercayaan investor global terhadap pasar domestik menjadi pemicu utama pelemahan ini.
Ancaman tembusnya level tersebut berpotensi memaksa Bank Indonesia (BI) untuk meningkatkan intervensi di pasar valuta asing. Langkah ini bertujuan untuk meredam volatilitas rupiah dan mencegah erosi kepercayaan pasar yang lebih dalam.
Analis dari MUFG, sebuah bank besar asal Jepang, memproyeksikan bahwa rupiah berpotensi melemah lebih lanjut hingga menembus Rp17.100 per dolar AS dalam beberapa bulan ke depan.
Senada dengan itu, Barclays Plc, bank investasi asal Inggris, memperkirakan rupiah dapat menguji level Rp17.200 per dolar AS pada kuartal pertama tahun depan. Perkiraan ini mempertimbangkan adanya intervensi yang dilakukan oleh bank sentral.
Kinerja rupiah saat ini tercatat sebagai yang terburuk di antara mata uang Asia, bahkan ketika indeks dolar AS global mengalami penurunan yang signifikan.