Setelah enam tahun meramaikan industri kuliner, Ashanty resmi menutup seluruh gerai bisnis kuenya, Lu’miere. Keputusan ini diumumkan dalam konferensi pers yang diadakan di salah satu gerai terakhir Lu’miere.
Ashanty menegaskan bahwa penutupan ini bukan disebabkan oleh penurunan penjualan. Melainkan, ada permasalahan internal yang menjadi pemicu utama. Ia enggan membeberkan detail permasalahan tersebut.
Standar Kualitas Tinggi Jadi Alasan
Alasan utama penutupan Lu’miere adalah perbedaan pandangan mengenai standar kualitas produk. Ashanty dikenal sangat menjaga mutu dan konsistensi produknya.
"Yang saya jual di Lu’miere itu kualitas, dan kualitas itu nomor satu," tegas Ashanty. Perbedaan standar kualitas yang tak bisa dipertemukan menjadi alasan utama keputusan ini. Ashanty, yang mengaku idealis, tidak bersedia berkompromi soal kualitas.
Penutupan 15 outlet Lu’miere berdampak pada sekitar 200 karyawan. Namun, Ashanty telah memberikan pemberitahuan jauh hari sebelumnya, sekitar dua hingga tiga bulan. Sebagai bentuk tanggung jawab, ia tetap memberdayakan sekitar 50 karyawan dengan membuka usaha baru.
Usaha Baru: Bakmi Ayam dan Es Campur
Memanfaatkan sisa masa sewa tempat usaha, Ashanty berencana membuka bisnis baru berupa bakmi ayam dan es campur. Usaha ini akan dijalankan sendiri, tanpa melibatkan partner.
Pengalaman mengelola Lu’miere memberikan pelajaran berharga bagi Ashanty, terutama mengenai pentingnya kontrol penuh atas bisnis. Ia menekankan, jika kembali berjualan, ia ingin mengerjakan semuanya sendiri. Menurutnya, idealisme seorang seniman kurang cocok dengan dunia bisnis yang kompleks.
Hadapi Tekanan Ganda
Selain penutupan bisnis, Ashanty juga tengah menghadapi tekanan pribadi dan akademik. Ia mengalami penipuan dan tuntutan perkuliahan S3, yang membuatnya stres hingga membutuhkan bantuan psikiater.
Meskipun Lu’miere telah ditutup, Ashanty tidak menutup kemungkinan untuk membukanya kembali di masa depan. Jika itu terjadi, bisnis tersebut akan sepenuhnya berada di bawah kendalinya.