Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memerangi Tuberkulosis (TB), dengan beban kasus yang signifikan dan dampak kesehatan yang serius bagi masyarakat. Sebagai negara dengan jumlah kasus TB tertinggi kedua di dunia, eliminasi TB menjadi prioritas mendesak.
Setiap jam, belasan nyawa melayang akibat TB di Indonesia. Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, mengintensifkan upaya penanggulangan dengan target eliminasi pada tahun 2030. Data menunjukkan, meskipun notifikasi kasus telah mencapai angka yang tinggi, inisiasi pengobatan TB sensitif obat masih perlu ditingkatkan. Begitu pula dengan keberhasilan pengobatan TB resisten obat yang masih jauh dari harapan.
Untuk mempercepat laju eliminasi, serangkaian strategi utama diterapkan, meliputi penguatan promosi kesehatan dan pencegahan, pemanfaatan teknologi terkini, serta integrasi data antara rumah sakit dan Puskesmas. Pemanfaatan teknologi seperti X-ray portable, Tes Cepat Molekuler (TCM), dan PCR menjadi andalan dalam penemuan kasus. Selain itu, insentif dan penghargaan diberikan kepada tenaga kesehatan yang berperan aktif dalam penanggulangan TB.
Inovasi juga menjadi kunci, dengan e-learning TB yang telah diakses oleh ratusan ribu tenaga kesehatan dan penerapan sertifikat kesembuhan otomatis bagi pasien. Keterlibatan lintas sektor diperkuat melalui pembentukan Tim Percepatan Penanggulangan TB (TP2TB) di berbagai daerah, serta pemanfaatan dana desa untuk mendukung program-program penanggulangan.
Pemerintah daerah memegang peranan penting dalam mengalokasikan anggaran yang memadai untuk mengatasi masalah TB di wilayah masing-masing. Target nasional yang ambisius telah ditetapkan, mencakup peningkatan deteksi kasus, inisiasi pengobatan, dan tingkat keberhasilan pengobatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan apresiasi atas upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kesehatan, serta mengakui peran penting pemerintah daerah dalam mengubah strategi nasional menjadi dampak nyata di tingkat lokal. Keterlibatan masyarakat menjadi inti dari upaya mengakhiri TB, mengingat TB bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga isu sosial, ekonomi, dan hak asasi manusia.
Peran komunitas sangat krusial dalam program penanggulangan TB, termasuk investigasi kontak, skrining populasi berisiko tinggi, pendampingan pengobatan, dan monitoring berbasis komunitas. Program komunitas TB terus diperluas, dengan kontribusi signifikan terhadap total kasus yang ter-notifikasi. Capaian terapi pencegahan TBC (TPT) juga menunjukkan peningkatan yang menggembirakan.
Meskipun banyak praktik baik telah dilakukan, tantangan terbesar masih terletak pada pendanaan yang stabil. Komunitas mendorong alokasi pendanaan nasional yang berkelanjutan serta keterlibatan sektor swasta dalam investasi alat diagnostik, teknologi digital, dan program CSR. Dukungan perlindungan sosial bagi pasien TB juga dianggap penting untuk memastikan keberhasilan pengobatan.
Untuk mencapai target eliminasi TBC yang ditetapkan WHO, pengembangan dan adopsi vaksin yang lebih baik untuk pencegahan TB menjadi sangat penting. Vaksin TB kandidat M72/AS01E saat ini sedang menjalani uji klinis fase 3 global, termasuk di Indonesia, dengan melibatkan ribuan peserta. Jika berhasil, vaksin ini berpotensi menjadi vaksin pertama dalam lebih dari satu abad yang efektif mencegah TB paru pada remaja dan dewasa.
Keberhasilan vaksin tidak hanya diukur dari efektivitasnya dalam uji klinis, tetapi juga dari ketersediaan, aksesibilitas, keterjangkauan, dan penerimaan masyarakat. Pemerintah, tenaga kesehatan, peneliti, dan masyarakat luas perlu bekerja sama untuk memastikan vaksin TBC dapat memberikan dampak maksimal.
Kementerian Kesehatan mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus mendukung penelitian dan pengembangan vaksin TBC, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan TBC. Dengan kerja sama yang erat, masa depan bebas TB dapat diwujudkan.