Trump Kembali Panaskan Tensi Global, Sasar Rusia dan India

Donald Trump kembali membuat gebrakan yang mengguncang hubungan internasional dengan serangkaian pernyataan kontroversial yang menyasar Rusia dan India. Melalui platform Truth Social, mantan Presiden AS ini melontarkan kritikan pedas terhadap sekutu dekat Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, serta mengancam India dengan tarif impor baru.

Trump memperingatkan Medvedev, mantan Presiden Rusia, untuk "berhati-hati dengan ucapannya," setelah Medvedev mencemooh seruan Senator AS Lindsey Graham terkait negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina. Trump menegaskan bahwa Medvedev "telah memasuki wilayah berbahaya" dengan komentarnya. Bahkan, Trump mempercepat tenggat waktu gencatan senjata yang ia berikan kepada Rusia, dari 50 hari menjadi hanya "10 hingga 12 hari."

Tak hanya Rusia, India pun tak luput dari sasaran kemarahan Trump. India, sebagai salah satu pembeli minyak terbesar Rusia, dituding memiliki "ekonomi yang mati." Trump mengumumkan pemberlakuan tarif sebesar 25% untuk semua barang impor dari India, mulai 1 Agustus. "Saya tidak peduli apa yang India lakukan terhadap Rusia. Mereka bisa bersama-sama menghancurkan ekonomi mereka yang mati, saya tidak peduli," tegas Trump. Ia juga menyoroti ketidakseimbangan perdagangan antara AS dan India, menyebut tarif India "terlalu tinggi" dan hambatan perdagangan "sangat menjengkelkan."

Pemerintah India menyatakan sedang mengkaji dampak kebijakan tersebut dan menegaskan komitmen untuk mencapai perjanjian perdagangan bilateral yang adil dan saling menguntungkan. Sementara itu, Medvedev menanggapi kritik dari Senator Graham dengan sinis dan menyatakan bahwa Rusia tidak akan bernegosiasi sampai semua tujuan militernya tercapai.

Senator Graham juga memperingatkan negara-negara pembeli minyak Rusia, termasuk India dan Brasil, bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi jika terus mendanai perang Rusia. "Jika kalian terus membeli minyak Rusia yang murah untuk membiarkan perang ini berlanjut, kami akan menghancurkan kalian, dan kami akan menghancurkan ekonomi kalian," ancam Graham.

Scroll to Top