Fenomena bendera bajak laut Topi Jerami dari anime One Piece yang marak dikibarkan masyarakat Indonesia menjelang peringatan HUT ke-80 RI menjadi sorotan. Bendera yang dikenal sebagai Jolly Roger ini, menampilkan tengkorak bertopi jerami, bukan sekadar simbol kekuatan, tetapi juga mengandung makna kebebasan, keyakinan, dan persahabatan dalam cerita One Piece.
Jolly Roger seringkali menjadi simbol perlawanan terhadap kekuasaan dan penindasan dalam dunia One Piece, bahkan menandai wilayah kekuasaan atau kritik terhadap dominasi Pemerintah Dunia.
Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, pernah menggunakan pin bergambar Jolly Roger ini saat kampanye Pilpres 2024. Namun, kini pemerintah memiliki pandangan berbeda.
Wakil Ketua DPR-RI, Sufmi Dasco Ahmad, menilai pengibaran bendera One Piece sebagai upaya memecah belah bangsa menjelang HUT RI, berdasarkan masukan dari lembaga intelijen. Dasco mengimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi dan tetap menjaga persatuan. Meskipun demikian, ia juga meminta agar penggemar One Piece tidak didiskreditkan, sambil menegaskan bahwa bendera Merah Putih adalah satu-satunya simbol nasional yang harus dikibarkan pada 17 Agustus.
Pakar hukum tata negara UNS, Prof. Sunny Ummul Firdaus, menanggapi pernyataan tersebut dengan meminta agar penilaian tidak dilakukan secara gegabah. Menurutnya, pengibaran bendera tersebut lebih tepat dilihat sebagai ekspresi heroisme imajinatif, bukan aksi politik. Ia menilai masyarakat mungkin sedang menarasikan nilai-nilai keberanian, solidaritas, dan kebebasan di tengah tekanan sistem.
Prof. Sunny meminta pemerintah tidak reaktif dan mengeneralisir ekspresi rakyat sebagai ancaman, melainkan merespons dengan pendekatan kultural dan mengajak mereka berdialog. Ia berpendapat bahwa simbol-simbol dari akar rumput dapat menjadi jendela untuk memahami aspirasi yang tersembunyi, seperti harapan atas negara yang lebih adil dan bebas dari penindasan, yang justru mengandung nilai-nilai Pancasila. Negara seharusnya mendengarkan, bukan menghakimi.