Spanyol mengumumkan pengiriman bantuan pangan darurat ke Gaza pada Jumat, 1 Agustus 2025, dengan total 12 ton. Bantuan ini diterjunkan dari udara menggunakan 24 parasut, masing-masing membawa 500 kg makanan.
Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, menyatakan bahwa pasokan ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan makan sekitar 11.000 warga Gaza yang menghadapi ancaman kelaparan. Spanyol juga siap menyalurkan bantuan melalui jalur darat melalui perbatasan Mesir.
Albares menegaskan bahwa krisis kelaparan di Gaza adalah tragedi kemanusiaan yang memalukan. Ia mendesak Israel untuk membuka semua jalur darat secara permanen agar bantuan dapat masuk dalam jumlah yang signifikan.
Spanyol bergabung dengan negara-negara Barat lainnya, termasuk Inggris dan Prancis, dalam upaya mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui udara ke wilayah Palestina tersebut. Negara-negara Barat ini juga bekerja sama dengan negara-negara Timur Tengah untuk tujuan kemanusiaan ini.
Namun, kepala badan pengungsi PBB untuk Palestina, Philippe Lazzarini, menekankan bahwa bantuan udara tidak efektif dalam mengatasi krisis kelaparan yang semakin parah di Gaza. Ia menjelaskan bahwa bantuan udara jauh lebih mahal dibandingkan pengiriman melalui truk, sementara truk mampu membawa bantuan dua kali lebih banyak dari pesawat.
Meskipun Israel telah meningkatkan jumlah truk bantuan yang masuk ke Gaza dalam beberapa hari terakhir, badan-badan bantuan menyatakan bahwa upaya tersebut belum memadai. Mereka menyerukan otoritas Israel untuk mempercepat proses pemeriksaan di perbatasan dan membuka lebih banyak pos perlintasan.
Situasi di Gaza semakin memprihatinkan setelah konflik yang berlangsung selama lebih dari 21 bulan, yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023.
Para ahli PBB memperingatkan bahwa skenario kelaparan terburuk sedang terjadi di Gaza dan hanya dapat diatasi jika kelompok kemanusiaan mendapatkan akses segera dan tanpa hambatan.