Jakarta – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali memberlakukan tarif impor terhadap sejumlah negara mulai 1 Agustus 2025, setelah masa negosiasi perdagangan yang ditetapkan berakhir.
Namun, tidak semua negara harus menanggung tarif yang tinggi. Beberapa negara justru mendapatkan keringanan tarif, yaitu antara 10 hingga 15 persen, berdasarkan pada kondisi hubungan dagang dan kesepakatan yang telah dicapai dengan Amerika Serikat.
Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Gedung Putih, disebutkan bahwa kebijakan tarif ini didasarkan pada surplus atau defisit perdagangan masing-masing negara dengan Amerika Serikat.
Berikut adalah daftar negara-negara yang masuk dalam kategori tarif ringan:
Negara dengan Tarif 10%
Negara-negara ini dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen karena mereka memiliki surplus perdagangan dengan Amerika Serikat. Artinya, mereka lebih banyak membeli barang dari AS daripada menjual ke AS.
- Inggris
- Australia
- Kepulauan Falkland
Negara dengan Tarif 15%
Sementara itu, negara-negara berikut ini dikenakan tarif 15 persen karena mengalami defisit perdagangan dengan AS. Meskipun demikian, mereka telah mencapai kesepakatan dagang parsial atau dinilai memiliki hubungan dagang yang stabil dengan AS.
Negara-negara tersebut antara lain:
- Afganistan
- Ekuador
- Jepang
- Korea Selatan
- Islandia
- Israel
- Nigeria
- Norwegia
- Turki
Pemberlakuan Tarif
Tarif baru ini berlaku mulai 7 Agustus 2025, kecuali untuk Kanada yang tarifnya telah berlaku sejak 1 Agustus. Pemerintah AS memberikan waktu beberapa hari untuk penyesuaian teknis yang perlu dilakukan oleh lembaga bea cukai.
Meskipun beberapa negara mendapatkan keringanan tarif, kebijakan ini tetap menjadi perdebatan di Amerika Serikat. Penggunaan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA) oleh Trump untuk menetapkan tarif masih diperdebatkan secara hukum dan saat ini sedang dalam proses banding di pengadilan federal.
