Jakarta – Pengusaha kaya raya asal Singapura, Ong Beng Seng, telah mengaku bersalah atas keterlibatannya dalam persekongkolan dengan mantan menteri yang terjerat kasus suap. Pengakuan ini disampaikan dalam sidang yang digelar di Singapura pada Senin, 4 Agustus.
Ong Beng Seng, yang berusia 79 tahun dan dikenal karena perannya dalam membawa ajang Formula 1 ke Singapura, menghadapi ancaman hukuman penjara maksimal tujuh tahun.
Jaksa penuntut menuduh Ong telah memberikan berbagai hadiah kepada mantan Menteri Transportasi Singapura, Subramaniam Iswaran, selama masa jabatannya. Hadiah-hadiah tersebut termasuk tiket VIP untuk menyaksikan Grand Prix Formula 1, akomodasi mewah di Qatar, serta fasilitas perjalanan jet pribadi.
Menurut peraturan yang berlaku di Singapura, pejabat pemerintah dilarang menyimpan hadiah yang diberikan kepada mereka kecuali mereka membayar nilai pasar hadiah tersebut kepada negara. Selain itu, mereka juga diwajibkan untuk melaporkan setiap pemberian yang diterima dari pihak-pihak yang memiliki hubungan bisnis dengan mereka.
Kasus yang melibatkan Iswaran dan Ong ini telah mengejutkan publik Singapura, yang selama ini dikenal sebagai pusat keuangan Asia Tenggara dengan citra bersih dan bebas dari korupsi.
Sebelumnya, baik Iswaran maupun Ong ditangkap pada Juli 2023. Nilai total hadiah yang diterima Iswaran dari Ong diperkirakan mencapai lebih dari Rp5 miliar (S$403.000).
Ong Beng Seng dikenal sebagai sosok penting di balik kesuksesan Grand Prix Formula 1 di Singapura. Perusahaannya, Hotel Properties Limited, juga mengelola sejumlah jaringan hotel mewah seperti Four Seasons dan Hard Rock Hotel.
Pada saat pemberian hadiah terjadi, Iswaran menjabat sebagai anggota komite pengarah F1 dari pihak pemerintah dan berperan sebagai kepala negosiator dalam urusan bisnis terkait F1.
Selain pemberian hadiah, Ong juga didakwa bersekongkol dengan Iswaran untuk menghalangi proses hukum. Menurut jaksa, Ong membantu Iswaran dalam pembayaran tiket pesawat dari Doha ke Singapura yang menjadi sorotan dalam penyelidikan.
Ong Beng Seng lahir di Malaysia pada tahun 1946 dan pindah ke Singapura saat masih kecil. Ia mendirikan perusahaan perhotelan dan properti pada tahun 1980-an.
Saat ini, Ong tengah berjuang melawan kanker sumsum tulang langka. Otoritas pengadilan sebelumnya telah mengizinkan Ong untuk bepergian ke luar negeri untuk keperluan medis dan bisnis.
Pada April lalu, Hotel Properties Limited mengumumkan bahwa Ong akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai direktur pelaksana untuk fokus pada kondisi kesehatannya.
Hukuman untuk Mantan Menteri Singapura, Subramanian Iswaran
Subramanian Iswaran, mantan menteri senior di kabinet Singapura, telah dijatuhi hukuman 12 bulan penjara oleh pengadilan.
Iswaran, yang berusia 62 tahun, juga telah mengakui kesalahannya dalam menerima gratifikasi senilai lebih dari S$403.000 (sekitar Rp4,8 miliar) selama masa jabatannya dan menghalangi proses penyelidikan.
Gratifikasi yang diterima Iswaran mencakup tiket Grand Prix Formula 1, sepeda Brompton T-line, minuman beralkohol, dan tumpangan jet pribadi.
Hakim Vincent Hoong, yang memimpin persidangan, menekankan bahwa tindakan Iswaran merupakan penyalahgunaan kekuasaan dan merusak kepercayaan publik terhadap lembaga publik.
Hakim Hoong juga mencatat bahwa Iswaran tampaknya yakin akan dibebaskan dari dakwaan.
"Dalam suratnya kepada perdana menteri, ia menyatakan penolakan terhadap dakwaan dan keyakinan yang kuat bahwa ia akan dibebaskan," kata Hakim Hoong. "Oleh karena itu, sulit untuk menerima bahwa ini merupakan indikasi penyesalannya."
Belum jelas kapan Iswaran akan mulai menjalani hukumannya di Penjara Changi.
Gaji Tinggi Tidak Menjamin Bebas Korupsi?
Iswaran akan menjalani hukumannya di Penjara Changi, tempat yang sama dengan tempat para terpidana mati ditahan. Sel-sel di penjara tersebut tidak dilengkapi dengan kipas angin, dan sebagian besar narapidana tidur di atas tikar jerami.
Ia adalah tokoh politik pertama Singapura yang diadili dalam kasus korupsi dalam hampir 50 tahun terakhir.
Singapura dikenal dengan citranya yang bersih dan bebas dari korupsi. Namun, kasus yang melibatkan Iswaran telah mencoreng citra tersebut dan reputasi Partai Aksi Rakyat (PAP) yang berkuasa.
Anggota parlemen Singapura termasuk yang berpenghasilan tertinggi di dunia. Bahkan, beberapa menteri menerima gaji lebih dari S$1 juta (sekitar Rp11,9 miliar) per tahun.
Para pejabat Singapura berpendapat bahwa gaji yang tinggi bertujuan untuk memerangi korupsi.
Menteri dilarang menerima hadiah kecuali mereka membayar nilai pasar hadiah tersebut kepada pemerintah. Mereka juga harus melaporkan setiap pemberian yang diterima dari pihak-pihak yang memiliki hubungan bisnis dengan mereka.
"Nilai [hadiah] itu tidak signifikan mengingat pengabdiannya selama bertahun-tahun. Namun, dengan gajinya, seharusnya dia mampu untuk tidak menerimanya [hadiah]," kata Eugene Tan, seorang profesor hukum di Singapore Management University. "Saya pikir publik mengharapkan pengadilan untuk tidak menunjukkan toleransi terhadap perilaku semacam ini."
Kepercayaan Publik Terkikis Jika Pejabat Menerima Hadiah Besar
Tim pembela Iswaran telah meminta hakim untuk menjatuhkan hukuman penjara selama delapan minggu jika hakim menganggap hukuman penjara diperlukan. Mereka berpendapat bahwa tindakan Iswaran bukanlah penyalahgunaan kekuasaan dan tidak merugikan pemerintah.
Di sisi lain, jaksa meminta hukuman penjara selama delapan hingga sembilan bulan, dengan alasan bahwa Iswaran "lebih dari sekadar penerima hadiah pasif".
"Jika pegawai negeri dapat menerima hadiah besar dalam situasi seperti itu, dalam jangka panjang kepercayaan publik terhadap netralitas dan integritas pemerintah akan sangat terkikis," kata Wakil Jaksa Agung, Tai Wei Shyong. "Tidak menghukum tindakan seperti itu akan mengirimkan sinyal bahwa tindakan seperti itu ditoleransi."
Hakim Hoong mengatakan bahwa pemegang jabatan tinggi memiliki dampak yang sangat besar terhadap kepentingan publik. "Orang-orang seperti itu menentukan standar bagi para pegawai negeri dalam menjalankan tugas dengan standar integritas yang tinggi dan harus terhindar dari persepsi bahwa mereka rentan terhadap pengaruh keuntungan finansial," katanya.
Trik Menghindari Penyelidikan
Ketika Iswaran mengetahui bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki rekan-rekan Ong, ia meminta Ong untuk menagih biaya tiket pesawatnya ke Doha, kata Hakim Hoong. Dengan meminta untuk ditagih dan membayar tiket, Iswaran bertindak dengan pertimbangan dan perencanaan yang matang guna menghindari penyelidikan atas pemberian hadiah tersebut, imbuh Hakim Hoong.
Iswaran awalnya didakwa dengan 35 tuduhan, termasuk dua tuduhan korupsi, satu tuduhan menghalangi keadilan, dan 32 tuduhan "memperoleh barang-barang berharga saat berstatus pegawai negeri". Namun, dalam persidangan, Iswaran mengaku bersalah atas pelanggaran yang lebih ringan setelah tuduhan korupsi diubah.
Kasus yang menimpa Iswaran merupakan salah satu dari serangkaian skandal politik yang mengguncang Partai Aksi Rakyat (PAP) yang berkuasa. Partai tersebut telah lama dikenal dengan sikap antikorupsi dan perbuatan tak bermoral.