Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 diperkirakan akan mengalami perlambatan, sulit mencapai angka 5%. Konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi mesin utama penggerak ekonomi, dinilai kurang optimal.
Munculnya fenomena "Rojali" (rombongan jarang beli) dan "Rohana" (rombongan hanya nanya) di pusat perbelanjaan menjadi indikasi melemahnya daya beli masyarakat. Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 54,53%, sehingga penurunan kinerja sektor ini akan berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 berada di kisaran 4,5-4,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi kuartal I-2025 sebesar 4,87%. Hal ini disebabkan tidak adanya lagi dorongan musiman setelah periode Lebaran, ditambah dengan kondisi daya beli yang sedang lesu.
Stimulus pemerintah dinilai belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kontribusi net ekspor juga terbatas karena surplus neraca perdagangan yang semakin menyusut. Belanja pemerintah juga diperkirakan masih mengalami kontraksi, yang turut memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Satu-satunya sektor yang diprediksi mengalami pertumbuhan lebih baik dibandingkan kuartal I-2025 adalah investasi, meskipun peningkatannya tidak terlalu signifikan.