Tel Aviv – Gelombang desakan datang dari ratusan mantan tokoh keamanan Israel, termasuk eks kepala Mossad dan Shin Bet, yang meminta Presiden AS Donald Trump untuk menekan PM Benjamin Netanyahu agar mengakhiri konflik di Jalur Gaza.
Desakan yang disampaikan dalam surat terbuka untuk Trump ini, ditandatangani oleh sekitar 550 pensiunan pejabat keamanan Israel. Mereka berpendapat bahwa Hamas bukan lagi ancaman strategis bagi Israel dan mendesak Trump untuk membantu mengarahkan Netanyahu menuju gencatan senjata.
"Menurut penilaian profesional kami, Hamas tak lagi menjadi ancaman strategis," bunyi pernyataan dalam surat tersebut.
Mantan direktur Shin Bet, Ami Ayalon, menambahkan bahwa perang yang sudah berlangsung selama 23 bulan itu telah "menyebabkan negara Israel kehilangan keamanan dan identitasnya". Ia juga menyampaikan bahwa awal mula perang ini memang adil dan defensif, tetapi saat ini, setelah mencapai semua tujuan militer, perang ini tidak lagi bisa dibenarkan.
Para mantan pejabat berpendapat bahwa militer Israel telah mencapai target yang bisa dicapai melalui kekerasan, yaitu membubarkan formasi militer dan pemerintahan Hamas. Tujuan terpenting yang tersisa, yakni memulangkan semua sandera, hanya bisa dicapai melalui kesepakatan. Mereka juga menambahkan bahwa memburu para petinggi Hamas yang tersisa bisa dilakukan nanti.
Dalam surat tersebut, para mantan pejabat menyampaikan bahwa Trump memiliki pengaruh besar di mata rakyat Israel dan dapat menekan Netanyahu untuk mengakhiri perang serta memulangkan para sandera.
Mereka mengusulkan agar setelah gencatan senjata tercapai, Trump dapat mendorong koalisi regional untuk mendukung Otoritas Palestina yang telah direformasi, untuk mengambil alih Jalur Gaza sebagai alternatif dari kekuasaan Hamas.
Surat ini ditandatangani oleh tokoh-tokoh penting seperti mantan kepala Mossad Tamir Pardo, Efraim Halevy dan Danny Yatom, serta mantan direktur Shin Bet seperti Ayalon, Nadav Argaman, Yoram Cohen, Yaakov Peri, dan Carmi Gilon.
Tiga mantan kepala staf militer Israel, termasuk mantan PM Ehud Barak, mantan Menteri Pertahanan Moshe Yaalon dan Dan Halutz, juga turut menandatangani surat tersebut.