Ancaman Presiden AS Donald Trump untuk mendekatkan dua kapal selam nuklir ke Rusia belum memicu respons resmi dari Kementerian Luar Negeri maupun Kementerian Pertahanan Rusia. Namun, seorang anggota parlemen Rusia, Viktor Vodolatsky, justru memamerkan kekuatan militer negaranya sebagai tanggapan.
Vodolatsky menyatakan bahwa Rusia telah lebih dulu menempatkan kapal selam nuklirnya di berbagai lautan dunia. Ia mengklaim bahwa kapal selam AS yang dikerahkan oleh Trump telah lama berada di bawah pengawasan Rusia, sehingga Kremlin memilih untuk mengabaikannya.
Sikap serupa juga ditunjukkan oleh media dan analis Rusia yang meremehkan langkah Trump. Seorang komentator militer menyebut tindakan Trump sebagai "ledakan emosional anak kecil," sementara seorang purnawirawan letnan jenderal menganggapnya sebagai "ocehan kosong" semata. Bahkan, seorang pakar keamanan Rusia meragukan perintah pengerahan kapal selam tersebut benar-benar dikeluarkan.
Tindakan Trump dipicu oleh ultimatum yang diberikannya kepada Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina dalam waktu kurang dari dua minggu. Ultimatum tersebut dibalas dengan pernyataan pedas dari mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang menyebutnya sebagai "ancaman dan langkah menuju perang." Trump kemudian membalas dengan peringatan kepada Medvedev untuk berhati-hati dengan ucapannya.
Medvedev lalu menyinggung "Dead Hand", sistem balas serangan nuklir otomatis peninggalan era Soviet, yang kemudian memicu Trump untuk mengerahkan kapal selam nuklir AS ke dekat wilayah Rusia. Trump menjelaskan bahwa ia merasa perlu berhati-hati karena ancaman nuklir adalah ancaman tertinggi.
Media Rusia mengingatkan publik pada insiden serupa di masa lalu, ketika Trump pernah mengeklaim telah mengirim dua kapal selam nuklir ke Semenanjung Korea sebagai peringatan kepada Korea Utara, namun kemudian menggelar pertemuan damai dengan Kim Jong Un. Media Rusia berspekulasi bahwa tindakan Trump kali ini bisa jadi hanyalah aksi teatrikal atau bahkan awal menuju diplomasi.
Hingga saat ini, tidak ada tanda-tanda bahwa Rusia memindahkan kapal selam nuklirnya lebih dekat ke Amerika. Hal ini mengindikasikan bahwa Rusia mungkin masih menganalisis situasi atau meremehkan ancaman Trump sehingga tidak merasa perlu untuk meresponsnya. Reaksi yang ditunjukkan Rusia mengindikasikan bahwa mereka lebih memilih mengabaikan drama ini daripada ikut larut di dalamnya.