Selama beberapa dekade, ilmuwan meyakini alam semesta terus meluas sejak ledakan Big Bang sekitar 13 miliar tahun lalu. Ekspansi ini diprediksi akan terus berlanjut hingga akhir yang masih teoritis. Namun, kecepatan ekspansi alam semesta ini, yang dikenal sebagai konstanta Hubble, memicu perdebatan sengit di kalangan ilmuwan. Inilah yang disebut "ketegangan Hubble."
Ketegangan Hubble: Data versus Teori
Konstanta Hubble mengukur seberapa cepat galaksi menjauh satu sama lain. Model kosmologi standar, Lambda Cold Dark Matter (ΛCDM), memperkirakan kecepatan ekspansi antara 67 hingga 68 kilometer per detik per megaparsec (km/s/Mpc). Namun, pengamatan teleskop menunjukkan angka yang lebih tinggi, sekitar 73 km/s/Mpc. Perbedaan inilah yang memicu ketegangan antara teori dan data observasi.
Solusi Tak Terduga: Rotasi Alam Semesta
Sebuah studi terbaru menawarkan solusi baru yang mengejutkan. Para peneliti mengusulkan bahwa jika alam semesta memiliki sedikit rotasi, perbedaan dalam konstanta Hubble bisa dijelaskan. Model dengan rotasi ini ternyata mampu menyelesaikan paradoks tanpa bertentangan dengan pengamatan astronomi yang ada. Menariknya, model ini juga sesuai dengan model lain yang mengasumsikan adanya rotasi.
Putaran Kosmik yang Sangat Lambat
Gagasan alam semesta berputar mungkin terdengar fiktif, tetapi model ini tidak melanggar hukum fisika yang kita ketahui. Tantangannya adalah mendeteksi rotasi ini, karena kecepatannya sangat lambat. Diperkirakan alam semesta membutuhkan 500 miliar tahun untuk menyelesaikan satu putaran penuh. Meski lambat, rotasi ini cukup kuat untuk memengaruhi laju ekspansi ruang angkasa selama miliaran tahun.
Para astronom kini berencana membangun model komputer lengkap dari alam semesta berdasarkan teori ini. Mereka berharap dapat menemukan jejak rotasi kosmik yang dapat diamati dengan teknologi astronomi masa depan. Mungkinkah rotasi alam semesta menjadi kunci untuk memahami misteri ekspansi kosmik? Waktu yang akan menjawab.