Militer Israel mengklaim telah menjatuhkan 120 paket bantuan kemanusiaan melalui udara di seluruh Gaza. Operasi ini melibatkan enam negara, termasuk Uni Emirat Arab, Yordania, Mesir, Jerman, Belgia, dan Kanada yang baru pertama kali berpartisipasi.
Namun, upaya ini menuai kritik tajam dari para pejabat kemanusiaan. Mereka menilai penerjunan bantuan udara berbahaya di wilayah padat penduduk seperti Gaza. Tragisnya, seorang perawat bahkan dilaporkan tewas akibat insiden terkait penerjunan bantuan di Deir el-Balah.
Para pekerja kemanusiaan menekankan bahwa membuka jalur darat untuk bantuan akan jauh lebih efektif. Saat ini, Gaza menghadapi kelaparan akut akibat blokade dan serangan Israel. Warga yang putus asa mencari makanan sering menjadi sasaran tembakan.
Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan hanya 36 truk bantuan yang masuk pada Sabtu (2/8), jauh di bawah perkiraan PBB yang membutuhkan 500-600 truk per hari. Lebih lanjut, banyak truk dijarah sebelum bantuan dapat didistribusikan, kondisi yang menurut otoritas Gaza sengaja diciptakan oleh Israel.
"Kelaparan menghantui anak-anak Gaza di tengah diamnya dunia," demikian pernyataan kantor tersebut, mendesak pembukaan segera jalur penyeberangan dan masuknya bantuan yang memadai, termasuk susu formula bayi.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan enam orang dewasa meninggal akibat kelaparan dan malnutrisi dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, total korban tewas akibat krisis kelaparan menjadi 175 orang, termasuk 93 anak-anak. Situasi ini menyoroti ironi bantuan yang dijatuhkan dari langit, sementara jalur darat yang lebih efektif terhambat.