Kabinet keamanan Israel dihadapkan pada keputusan penting terkait kelanjutan perang di Gaza, di tengah perbedaan pendapat yang mencolok antara para pemimpin politik dan militer. Pertemuan kabinet ini akan membahas berbagai opsi strategis untuk menentukan arah masa depan operasi militer di Gaza.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diperkirakan akan mengajukan tiga opsi utama. Opsi pertama adalah operasi militer skala penuh yang meliputi pengambilalihan wilayah-wilayah padat penduduk seperti Kota Gaza dan kamp-kamp pengungsi pusat, disertai dengan evakuasi warga sipil ke wilayah selatan.
Opsi kedua yang dipertimbangkan adalah pengepungan bertahap di wilayah-wilayah tersebut, dengan serangan berkelanjutan terhadap Hamas tanpa melancarkan invasi darat secara besar-besaran. Opsi ketiga adalah mempertahankan status quo saat ini, sambil melanjutkan negosiasi tanpa jaminan hasil yang konklusif.
Meskipun opsi-opsi ini telah menjadi bahan diskusi selama beberapa waktu, keputusan akhir belum diambil. Sumber-sumber politik mengindikasikan bahwa opsi ketiga semakin kehilangan dukungan, terutama karena meningkatnya keyakinan di kalangan pejabat Israel bahwa Hamas tidak sepenuhnya berkomitmen untuk mencapai kesepakatan, setidaknya tidak berdasarkan persyaratan yang diajukan oleh Israel.
Perbedaan pendapat di dalam kabinet masih sangat terasa. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir secara terbuka mendukung pendudukan penuh atas Gaza dan penghapusan total Hamas.
Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar, pemimpin partai Shas Aryeh Deri, dan ketua Dewan Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi cenderung mendukung strategi pengepungan yang lebih bertahap dan terukur.
Para pemimpin militer, termasuk Kepala Staf Letnan Jenderal Eyal Zamir, menentang invasi darat, dengan alasan potensi risiko terhadap sandera dan kekhawatiran tentang semakin melemahnya kemampuan militer. Pihak militer sedang menunggu arahan yang jelas dari pimpinan politik.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Katz dan pelaksana tugas kepala Shin Bet masih belum menentukan posisi mereka, dan sekretaris militer Netanyahu, Roman Gofman, dilaporkan tetap netral.
Sebelumnya, tekanan untuk mengakhiri perang semakin meningkat ketika sekelompok mantan pejabat keamanan senior meluncurkan kampanye yang menyerukan penghentian segera operasi militer di Gaza.
Kelompok ini terdiri dari mantan kepala badan keamanan utama Israel dari beberapa dekade terakhir, termasuk mantan Kepala Staf, komisaris polisi, dan mantan kepala Shin Bet, Mossad, dan Intelijen Militer.
Mereka memperingatkan bahwa Israel saat ini "berada di ambang kekalahan", dan menekankan bahwa perang "seharusnya bisa berakhir kemarin" dan bahwa semua sandera di Gaza bisa saja dibebaskan sekaligus.
Dalam sebuah video yang direkam dalam pertemuan para mantan pejabat senior, kelompok tersebut menyampaikan argumen mereka untuk gencatan senjata segera, dengan mengatakan: "Bersama-sama, kita memiliki pengalaman lebih dari seribu tahun. Adalah tugas kita untuk bersuara dan mengatakan apa yang harus dikatakan: kita berada di ambang kekalahan."