Ketidakpastian akibat perang dagang global diperkirakan akan memukul pertumbuhan ekonomi dunia dalam beberapa tahun mendatang. Imbasnya, aktivitas ekonomi riil terancam melambat secara signifikan pada periode 2025-2026.
Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan mencapai angka 5% pada tahun ini hingga 2026. Meski demikian, Indonesia diperkirakan masih akan mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan China dan Vietnam pada tahun depan.
Menurut Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, ketidakpastian kebijakan perdagangan akan berdampak negatif bagi semua negara. Sektor bisnis cenderung menunda pembelian dan investasi, sementara lembaga keuangan akan lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman.
Dalam laporan World Economic Outlook (WEF) edisi April 2025, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,7% pada 2025-2026. Proyeksi ini direvisi turun dari perkiraan sebelumnya pada WEF edisi Januari 2025, yang memprediksi pertumbuhan ekonomi RI sebesar 5,1% pada tahun ini dan 2026.
Vietnam diprediksi akan mengalami penurunan pertumbuhan menjadi 5,2% pada 2025, dari realisasi 7,1% pada 2024. Dampak tarif perdagangan yang diterapkan oleh AS akan terus memperlambat ekonomi Vietnam hingga 2026, menjadi hanya 4% menurut IMF.
China juga diprediksi akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari Indonesia, dengan proyeksi hanya mencapai 4% pada 2025-2026. Angka ini lebih rendah dari realisasi pertumbuhan GDP China pada 2024 yang masih mampu mencapai 5%.
IMF juga menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk kelompok emerging market sebesar 0,5 poin persentase, menjadi 3,7%.
Meskipun mampu mengungguli China dan Vietnam yang terdampak tarif dagang tinggi, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih rendah dari Filipina. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Filipina sebesar 5,5% pada 2025, dan meningkat menjadi 5,8% pada 2026.