Dua Bencana Sekaligus Melanda China: Beijing dan Hong Kong Diterjang Banjir Parah

China menghadapi tantangan berat akibat cuaca ekstrem yang melanda dua wilayahnya sekaligus, yaitu Beijing dan Hong Kong.

Di Beijing, otoritas setempat tengah berupaya mengevakuasi lebih dari 82.000 warga yang rentan terhadap dampak hujan deras. Evakuasi ini dilakukan menyusul banjir mematikan yang menewaskan puluhan orang di pinggiran ibu kota pada pekan sebelumnya. Puluhan ribu warga telah dipindahkan dari area berisiko tinggi hingga Senin malam. Peringatan banjir dikeluarkan untuk wilayah barat laut Miyun, barat daya Fangshan, barat Mentougou, dan utara Huairou. Badan Meteorologi Beijing telah mengeluarkan peringatan tertinggi terkait potensi hujan lebat yang diperkirakan terjadi dari Senin siang hingga Selasa pagi. Banjir di pinggiran utara Beijing dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 44 jiwa dan menyebabkan sembilan orang hilang.

Sementara itu, Hong Kong lumpuh akibat banjir yang dipicu oleh hujan lebat. Peringatan hujan badai tingkat tertinggi telah dikeluarkan untuk keempat kalinya dalam delapan hari terakhir. Sekolah diliburkan, dan tempat penampungan sementara dibuka. Sejumlah layanan rumah sakit juga terganggu. Observatorium cuaca kota meningkatkan status peringatan hujan badai menjadi "hitam", menandakan curah hujan deras melebihi 70 milimeter dalam satu jam. Curah hujan per jam di beberapa wilayah diperkirakan akan melebihi 100 milimeter.

Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan mobil-mobil terendam banjir di area parkir terbuka di distrik Tseung Kwan O. Layanan unit gawat darurat di Rumah Sakit Queen Mary juga terdampak akibat banjir parah di beberapa jalan. Transportasi umum mengalami gangguan di beberapa distrik, dan sejumlah pintu keluar stasiun kereta bawah tanah ditutup. Departemen Layanan Drainase mencatat 18 kasus banjir hingga Selasa pagi, dan 11 kasus telah berhasil ditangani.

Para ilmuwan mengingatkan bahwa intensitas dan frekuensi kejadian cuaca ekstrem global akan terus meningkat seiring dengan pemanasan global akibat emisi bahan bakar fosil. China, sebagai penghasil emisi terbesar di dunia, juga merupakan pusat energi terbarukan global dan menargetkan netralitas karbon pada tahun 2060.

Scroll to Top