Putra Netanyahu Tuduh Panglima Militer Israel Merencanakan Pemberontakan

Ketegangan di kalangan elite pemerintahan Israel mencapai titik didih. Yair Netanyahu, putra Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, melontarkan tuduhan serius terhadap Kepala Staf Angkatan Darat, Eyal Zamir, dengan menyebutnya merencanakan "pemberontakan".

Perseteruan ini mencuat setelah laporan media Israel menyoroti perbedaan pendapat antara Netanyahu dan para jenderal senior mengenai strategi merebut kembali Gaza. Yair Netanyahu, melalui platform X, menanggapi unggahan seorang analis militer dengan menyebut tindakan Zamir "pemberontakan dan kudeta militer" layaknya negara dunia ketiga.

Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, yang dikenal dengan pandangan sayap kanannya, menuntut Zamir untuk secara terbuka menyatakan loyalitasnya kepada Netanyahu. Ia menekankan pentingnya kepatuhan terhadap instruksi pimpinan politik, termasuk opsi menduduki kembali Gaza.

Menteri Luar Negeri Gideon Saar juga turut angkat bicara, meminta Zamir menyampaikan pendapat profesionalnya mengenai pendudukan kembali Gaza kepada para pemimpin politik. Saar meyakini bahwa Zamir akan melakukannya, mengingat pengabdiannya selama puluhan tahun dalam seragam militer.

Di sisi lain, pemimpin oposisi Yair Lapid justru memberikan dukungan kepada Zamir. Ia mengecam serangan terhadap Zamir sebagai tindakan "pengecut dan tidak realistis" yang merugikan angkatan darat di tengah masa perang.

Perselisihan ini muncul seiring laporan bahwa Netanyahu, dengan dukungan Amerika Serikat, telah memutuskan untuk melanjutkan pendudukan kembali Gaza secara penuh, terutama wilayah-wilayah yang diduga menjadi lokasi penahanan tawanan Israel.

Keputusan militer untuk mencabut tindakan darurat yang telah memperpanjang masa tugas tentara reguler sejak 7 Oktober juga menjadi sorotan. Para analis menilai langkah ini menandakan penghentian operasi darat yang sedang berlangsung, yang dinilai gagal membubarkan Hamas atau membebaskan tawanan.

Perdebatan ini semakin memanas setelah mantan Presiden AS Donald Trump menyebut penarikan pasukan Israel dari Gaza pada tahun 2005 sebagai sebuah "kesalahan," dan mengisyaratkan bahwa ia memiliki "rencana yang jelas" untuk wilayah tersebut.

Situasi di Gaza sendiri terus memburuk. Serangan militer Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Kampanye militer ini juga telah menghancurkan wilayah tersebut dan membawanya ke ambang kelaparan.

Israel saat ini menghadapi tuduhan kejahatan perang dan genosida di Mahkamah Pidana Internasional dan Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.

Scroll to Top