Polymastia: Ketika Wanita Memiliki Payudara Tambahan

Jakarta – Pernahkah Anda mendengar tentang seseorang yang memiliki payudara lebih dari dua? Kondisi langka ini, yang dikenal sebagai polymastia, terjadi ketika seseorang memiliki jaringan kelenjar payudara ekstra di luar lokasi payudara yang normal. Sebuah kasus menarik terjadi pada seorang wanita berusia 41 tahun di India, di mana ia mengalami pertumbuhan payudara tambahan yang luar biasa.

Menurut laporan medis, polymastia relatif jarang terjadi, hanya mempengaruhi sekitar 2-6% wanita di seluruh dunia. Ukuran payudara tambahan ini bervariasi, mulai dari bintik kecil yang menyerupai tahi lalat hingga payudara yang berfungsi penuh.

Dalam kasus wanita India tersebut, payudara tambahannya tumbuh membesar selama 10 tahun setelah kehamilan pertamanya, menyebabkan rasa sakit yang signifikan di bahu dan lengan. Lebih dari sekadar ketidaknyamanan fisik, kondisi ini juga memengaruhi kondisi psikologisnya, membuatnya menarik diri dari interaksi sosial.

Untungnya, wanita tersebut menjalani mastektomi untuk mengangkat jaringan payudara tambahan. Operasi itu berhasil, dan ia dapat melanjutkan hidup normalnya, kembali berinteraksi sosial dengan percaya diri.

Apa Itu Polymastia?

Polymastia adalah variasi dari kondisi yang disebut puting supernumerari (puting tambahan). Meskipun biasanya hanya ada satu puting tambahan, beberapa orang dapat memiliki hingga delapan. Puting ketiga ini berkembang selama tahap embrio, muncul di sepanjang garis susu yang membentang dari ketiak ke area selangkangan.

Pada dasarnya, polymastia tidak berbahaya. Namun, seperti yang dialami wanita India, polymastia dapat menyebabkan komplikasi yang memerlukan penanganan medis. Polymastia ditandai dengan munculnya puting ketiga yang memiliki areola (area gelap di sekitar puting) dan sedikit jaringan payudara di bawahnya.

Kondisi ini berbeda dengan polythelia, di mana hanya puting yang muncul tanpa areola dan jaringan payudara. Polythelia juga lebih sering terjadi daripada polymastia.

Penyebab Polymastia

Penyebab pasti polymastia masih belum diketahui. Namun, diyakini berkaitan dengan perkembangan embrio awal. Selama minggu ke-4 atau ke-5 perkembangan embrio, garis susu terbentuk sebagai penebalan jaringan kulit. Kemudian, jaringan payudara mulai berkembang. Garis susu kemudian membentuk puting utama, sementara jaringan yang menebal lainnya biasanya menghilang.

Namun, jika sebagian jaringan tidak melunak sepenuhnya, puting atau jaringan payudara tambahan dapat terbentuk di area yang tetap menebal. Meskipun kondisi ini sudah ada sejak masa embrio, gejalanya seringkali baru terlihat saat pubertas atau kehamilan, ketika terjadi perubahan hormon.

Sebagian besar kasus polymastia terjadi secara acak. Namun, ada laporan bahwa kondisi ini dapat diturunkan dalam keluarga melalui pola dominan autosomal. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan genetik.

Gejala Polymastia

Polymastia seringkali terlihat seperti tanda lahir atau tahi lalat. Karena penampilannya yang tidak mencolok, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalaminya. Selain itu, polymastia biasanya muncul di sepanjang garis susu.

Bentuknya bisa berupa benjolan kecil berwarna merah atau cokelat, tapi biasanya lebih kecil dari puting normal. Gejala lain yang mungkin timbul akibat polymastia meliputi:

  • Pembengkakan
  • Nyeri
  • Penebalan di ketiak
  • Keterbatasan gerak bahu
  • Iritasi akibat gesekan pakaian

Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.

Scroll to Top