Amerika Serikat kembali unjuk gigi dalam bidang persenjataan nuklir, menandakan kesiapan menghadapi berbagai potensi ancaman di kancah internasional. Serangkaian latihan dan uji coba yang digelar pada awal April ini menunjukkan bahwa armada pengebom dan rudal balistik antarbenua AS dalam kondisi siaga.
Komando Penerbangan Strategis AS menegaskan bahwa dua unit unggulannya, Sayap Bom Ke-2 dan Ke-5, terlibat aktif dalam latihan tahunan "Prairie Vigilance 25-1" di Pangkalan Angkatan Udara Minot, North Dakota. Latihan ini difokuskan untuk memperkuat sistem keamanan, keandalan, dan keselamatan unit pengebom strategis.
Menurut pernyataan resmi Sayap Bom Ke-5, latihan semacam ini krusial untuk memastikan pasukan Komando Strategis AS tetap terorganisir, terlatih, dan siap menghadapi ancaman global yang mungkin muncul kapan saja.
Salah satu momen krusial dalam latihan tersebut adalah simulasi konvoi rudal oleh personel Angkatan Udara AS pada tanggal 11 April. Gambar resmi menunjukkan proses pengangkutan rudal sebagai bagian dari pengujian kesiapan tempur. Setiap pesawat B-52H Stratofortress mampu membawa hingga 20 rudal jelajah AGM-86B yang dilengkapi hulu ledak nuklir.
Selain itu, Skuadron Operasi Strategis ke-625 melaksanakan uji coba "Simulated Electronic Launch Minuteman" di Pangkalan Angkatan Udara Offutt, Nebraska, pada 9 April. Uji coba ini, yang dikenal dengan kode "Giant Pace," merupakan tes sistem peluncuran alternatif berbasis udara menggunakan pesawat komando strategis E-6B Mercury.
Sistem ini memungkinkan peluncuran rudal balistik antarbenua Minuteman III apabila pusat komando di darat tidak berfungsi akibat serangan. Angkatan Udara AS menyatakan bahwa sistem kontrol berbasis udara ini menjamin keberlangsungan kendali nuklir AS dalam menghadapi ancaman yang tak terduga.
Dari total 76 unit B-52H yang aktif, 46 di antaranya dapat dipersenjatai dengan rudal jelajah nuklir. Sementara itu, 400 rudal Minuteman III dalam kondisi siaga di silo bawah tanah yang tersebar di Colorado, Nebraska, Wyoming, North Dakota, dan Montana.
Data terbaru per September 2023 menunjukkan bahwa Amerika Serikat memiliki 3.748 hulu ledak nuklir yang siap dipasang pada rudal balistik berbasis darat, rudal balistik kapal selam, serta pesawat pengebom dan jet tempur yang memiliki kemampuan nuklir.
Latihan ini dilaksanakan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global. Di satu sisi, AS sedang terlibat dalam pembicaraan nuklir tidak langsung dengan Iran. Di sisi lain, China dan Rusia terus melakukan modernisasi kekuatan nuklir mereka, sementara Korea Utara menolak denuklirisasi secara total.
Meskipun latihan ini bersifat rutin dan diklaim tidak terkait langsung dengan situasi global saat ini, keberadaannya mempertegas sinyal kesiapan AS dalam mempertahankan supremasi militernya.
Pentagon menegaskan bahwa selama lebih dari enam dekade, Amerika Serikat menekankan pentingnya memiliki kekuatan nuklir yang dapat dipercaya untuk mencegah musuh, meyakinkan sekutu, dan mencapai tujuan nasional jika upaya pencegahan gagal.