Gaza – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tengah mempertimbangkan peningkatan signifikan dalam operasi militer di Gaza. Menanggapi hal ini, Hamas, kelompok militan Palestina, menuduh Netanyahu rela mengorbankan sandera Israel yang mereka tahan.
Hamas menyatakan bahwa rencana peningkatan agresi ini menegaskan keinginan Netanyahu untuk menyingkirkan para tawanan demi kepentingan pribadi dan agenda ideologis yang ekstrem. Pernyataan ini muncul menjelang pertemuan kabinet keamanan Israel untuk membahas perluasan kampanye militer di Gaza. Menurut laporan media Israel, tindakan ini berpotensi mengarah pada pendudukan militer penuh atas wilayah Palestina.
Sebelumnya, Netanyahu dalam wawancara dengan Fox News menyatakan bahwa Israel bermaksud menguasai seluruh Jalur Gaza, namun tidak berencana untuk mempertahankannya atau memerintahnya.
Hamas mengecam pernyataan Netanyahu sebagai kelanjutan dari kebijakan genosida dan pemindahan paksa terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza. Kelompok tersebut juga menuduh Netanyahu telah mundur dari jalur negosiasi yang bertujuan mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera, yang mengalami kegagalan pada akhir Juli.
Sebagai informasi, serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023 memicu perang saat ini. Dalam serangan tersebut, militan menyandera 251 orang. Saat ini, 49 sandera masih ditahan di Gaza, termasuk 27 orang yang menurut militer Israel telah meninggal dunia.