Rojali dan Rohana: Apakah Daya Beli Masyarakat Benar Turun?

Fenomena "Rombongan Jarang Beli" (Rojali) dan "Rombongan Hanya Nanya" (Rohana) yang marak di pusat perbelanjaan memunculkan pertanyaan besar: apakah daya beli masyarakat Indonesia sedang melemah? Beberapa pihak menganggap fenomena ini sebagai indikasi masyarakat menahan diri untuk berbelanja.

Namun, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, Rojali dan Rohana hanyalah representasi dari perubahan perilaku konsumen di era ekonomi digital. Masyarakat kini lebih memilih berbelanja secara online, sehingga aktivitas jual beli di toko fisik mungkin terlihat lesu.

Pergeseran ke belanja online ini didukung oleh data yang menunjukkan pertumbuhan positif di sektor logistik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 8,52% pada kuartal II 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan jumlah penumpang dan barang yang diangkut, menunjukkan aktivitas jual beli yang tetap tinggi.

Selain itu, data BPS juga menunjukkan peningkatan belanja online sebesar 7,55% pada kuartal II 2025 dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini semakin memperkuat argumen bahwa masyarakat tidak menahan belanja, melainkan hanya beralih ke platform digital.

Dengan demikian, meskipun fenomena Rojali dan Rohana mungkin mengindikasikan perubahan di pasar konvensional, data menunjukkan bahwa daya beli masyarakat secara keseluruhan tetap terjaga, bahkan meningkat, berkat pertumbuhan ekonomi digital dan belanja online.

Scroll to Top