Gelombang Protes di Israel: Warga Tolak Aneksasi Gaza oleh Netanyahu

Jakarta – Ribuan warga Israel turun ke jalan menentang rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk secara penuh mencaplok Jalur Gaza, Palestina. Aksi demonstrasi besar-besaran ini terjadi pada Kamis (7/8), bersamaan dengan pemungutan suara kabinet keamanan Israel terkait perluasan operasi militer dan aneksasi total wilayah Gaza.

Para demonstran berkumpul di depan kantor perdana menteri di Yerusalem, membawa foto-foto sandera yang masih ditawan di Gaza. Mereka menyerukan diakhirinya agresi dan menuntut pembebasan segera para sandera dalam kondisi selamat.

"Meningkatkan pertempuran sama dengan vonis mati dan penghilangan paksa bagi orang-orang yang kami cintai. Jangan korbankan mereka," seru Forum Sandera dan Keluarga Hilang dalam pernyataan persnya. Mereka mendesak pemerintah untuk mengajukan kesepakatan komprehensif yang akan memulangkan semua sandera.

Diperkirakan ada sekitar 50 sandera yang masih berada di Gaza, dengan sekitar 20 di antaranya dilaporkan masih hidup.

Anat Angrest, seorang ibu yang anaknya disandera, mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintahan Netanyahu. Ia merasa selama hampir dua tahun, ia hanya diberi harapan palsu terkait upaya pembebasan putranya. "Anda telah gagal," tegasnya.

Demonstrasi serupa juga terjadi di Tel Aviv, di mana para demonstran berbaris di depan markas partai Likud milik Netanyahu, mendesak pemerintah untuk memprioritaskan pemulangan para sandera yang tersisa. Aksi protes yang lebih kecil juga dilaporkan terjadi di berbagai kota di Israel.

Rencana Netanyahu untuk mencaplok total Jalur Gaza mendapatkan penolakan dari berbagai pihak, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, yang memperingatkan bahwa operasi semacam itu berpotensi menjadi jebakan.

Scroll to Top