Fakta Jarak Tempuh Mobil Listrik: Lebih Pendek dari Klaim Pabrikan?

Jarak tempuh baterai menjadi daya tarik utama mobil listrik. Namun, sebuah studi di Australia mengungkap bahwa realita tak seindah klaim pabrikan.

Standarisasi jarak tempuh mobil listrik beragam, seperti WLTP (Worldwide Harmonised Light Vehicle Test Procedure) yang umum di Indonesia, NEDC (New European Driving Cycle), dan CLTC (China Light-Duty Vehicle Test Cycle).

Australian Automobile Association (AAA), lembaga independen yang didanai pemerintah Australia, melakukan pengujian komprehensif terhadap klaim jarak tempuh mobil listrik. Hasilnya menunjukkan, seluruh mobil listrik yang diuji memiliki jarak tempuh aktual yang lebih pendek dari klaim pabrikan, dengan selisih antara 5% hingga 23%.

Penelitian AAA bertujuan memberikan informasi akurat kepada konsumen Australia terkait mobil listrik. Uji coba ini menjawab keraguan dan kekhawatiran publik tentang jarak tempuh mobil listrik dalam penggunaan sehari-hari. Sejak tahun 2022, AAA telah menginvestasikan 14 juta Dollar Australia (setara Rp 148,7 miliar) untuk menguji puluhan model mobil listrik.

Contoh Hasil Uji Coba:

  • BYD Atto 3 (2023): Klaim 480 km, hasil uji 369 km.
  • Kia EV6 (2022): Klaim 528 km, hasil uji 484 km.
  • Tesla Model 3 (2024): Klaim 513 km, hasil uji 441 km.
  • Smart #3: Klaim 455 km, hasil uji 432 km.

AAA juga menguji kendaraan berbahan bakar bensin dan solar. Hasilnya, 77% kendaraan memiliki konsumsi bahan bakar yang lebih boros dari klaim pabrikan.

"Dengan semakin banyaknya mobil listrik di pasar Australia, konsumen kini dapat memahami lebih baik tentang jarak tempuh baterai," ujar Michael Bradley, managing director AAA.

Pengujian dilakukan di berbagai kondisi jalan, termasuk sirkuit, jalan tol, dan area pemukiman di sekitar Geelong, Victoria.

Scroll to Top