Polemik Animasi ‘Merah Putih: One For All’, DPR Soroti Kualitas dan Anggaran

Film animasi ‘Merah Putih: One For All’ menuai beragam reaksi publik. Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian, turut memberikan tanggapannya terkait sorotan yang muncul. Menurutnya, kritik dan respons dari masyarakat merupakan bagian penting dari evaluasi untuk meningkatkan kualitas produksi animasi di masa depan.

Lalu Hadrian menekankan pentingnya dukungan terhadap industri film Indonesia. Dukungan ini diharapkan dapat mendorong perbaikan kualitas film lokal secara berkelanjutan. Ia menambahkan bahwa saat ini informasi mengenai film ‘Merah Putih: One For All’ masih terbatas. Meskipun bertema nasionalisme, isu kontroversi seputar anggaran dan kualitas film menjadi perhatian utama.

Respons publik terhadap film ini terbagi antara apresiasi terhadap pesan yang disampaikan dan kekecewaan terhadap kualitas visualnya. Film animasi garapan Perfiki Kreasindo ini menjadi perbincangan hangat setelah informasi mengenai biaya produksi dan proses pengerjaannya tersebar luas.

Film yang disutradarai oleh Endiarto dan Bintang, serta diproduseri oleh Toto Soegriwo, diklaim menghabiskan dana sebesar Rp6,7 miliar dengan waktu produksi kurang dari satu bulan. Waktu pengerjaan yang singkat ini menimbulkan spekulasi bahwa proyek tersebut dikerjakan dengan tergesa-gesa.

Salah satu kritik utama yang dilayangkan warganet adalah terungkapnya penggunaan aset-aset yang dibeli dari toko digital, seperti Daz3D, untuk latar dan karakter film. Hal ini diungkapkan oleh YouTuber Yono Jambul, yang menyoroti kejanggalan penggunaan aset jalanan kota Mumbai dalam film tersebut.

Scroll to Top