Indonesia menghadapi tantangan serius dalam memerangi demam berdarah dengue (DBD). Data terkini menunjukkan bahwa Indonesia menyumbang angka kematian tertinggi akibat DBD di Asia Tenggara, mencapai 66% dari total kasus di kawasan ASEAN.
Kementerian Kesehatan mencatat sepanjang tahun ini, terdapat lebih dari 257 ribu kasus DBD yang tersebar di 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Tragisnya, lebih dari 1400 jiwa meninggal dunia akibat penyakit ini, menjadi pengingat bahwa DBD masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat yang nyata, terutama bagi anak-anak.
Dokter spesialis anak menegaskan bahwa anak-anak, khususnya usia 5-14 tahun, merupakan kelompok yang paling rentan terhadap DBD. Data menunjukkan bahwa dalam tujuh tahun terakhir, sebagian besar kematian akibat DBD terjadi pada kelompok usia ini.
DBD memiliki tiga fase yang perlu diwaspadai: fase demam tinggi, fase kritis saat demam mereda (yang seringkali disalahartikan sebagai pemulihan), dan fase penyembuhan. Gejala DBD meliputi demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, serta ruam kulit. Kondisi ini dapat berkembang menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) yang mengancam jiwa akibat perdarahan hebat dan penurunan tekanan darah drastis.
Penting untuk diingat bahwa infeksi DBD tidak memberikan kekebalan seumur hidup. Infeksi kedua justru berpotensi menimbulkan gejala yang lebih parah. Oleh karena itu, pencegahan menjadi kunci utama, termasuk melalui vaksinasi yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk anak-anak dan orang dewasa.
Pakar penyakit dalam juga mengingatkan bahwa DBD dapat menyerang siapa saja, namun lebih berbahaya pada orang dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, obesitas, penyakit ginjal, diabetes melitus, atau penyakit paru-paru. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko keparahan infeksi hingga 12 kali lipat.
Pencegahan DBD harus dilakukan secara komprehensif, melalui gerakan 3M Plus (menguras, menutup, memanfaatkan kembali barang bekas), penggunaan pelindung diri, dan mempertimbangkan vaksinasi sebagai metode inovatif. Perlindungan dari DBD adalah tanggung jawab bersama. Dengan partisipasi aktif seluruh masyarakat, kita dapat menjaga kesehatan keluarga dan membangun masa depan yang lebih sehat.
Lonjakan Kasus di 2025
Hingga pertengahan tahun 2025, tercatat hampir 80 ribu kasus DBD dengan lebih dari 350 kematian. Hal ini menunjukkan bahwa DBD masih menjadi ancaman kesehatan global, dan pencegahan harus terus ditingkatkan.