Musim hujan membawa berkah kesejukan, namun juga menghadirkan ancaman tersembunyi: Demam Berdarah Dengue (DBD). Nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus mematikan ini, memanfaatkan genangan air sebagai tempat berkembang biak.
Ibu memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan keluarga dari ancaman DBD. Mulai dari kebersihan rumah hingga pemeriksaan rutin potensi sarang nyamuk, ibu adalah garda terdepan. Keluarga adalah benteng utama melawan DBD, dengan kader Jumantik sebagai ujung tombak di lapangan.
Jawa Timur Darurat DBD
Data terbaru menunjukkan Jawa Timur menduduki peringkat kedua kasus DBD tertinggi di Indonesia. Malang mencatat ratusan kasus dengan angka kematian yang memprihatinkan. Kondisi ini menjadi pengingat bagi seluruh elemen masyarakat. Pencegahan melalui edukasi dan kolaborasi menjadi prioritas utama.
Apresiasi diberikan kepada program yang melibatkan edukasi langsung, pelatihan, dan pemantauan. Demonstrasi efektivitas lotion anti nyamuk menggunakan nyamuk steril menambah keyakinan akan keberhasilan program. Semangat gotong royong dan keterlibatan semua pihak diharapkan menjadi awal perubahan besar menuju kota yang lebih sehat dan bebas DBD.
Gerakan 3M+ Mengoles: Solusi Konkret Berantas DBD
Untuk menekan angka kasus DBD, berbagai pihak berkolaborasi meluncurkan program CSR Gerakan Berantas Nyamuk Bersama 3M+ Mengoles: Keluarga Sehat dan Bebas DBD. Program ini fokus di dua kecamatan dengan kasus DBD tertinggi.
Program ini berangkat dari misi sosial yang mendalam. Lotion anti nyamuk hanyalah alat, edukasi dan perubahan perilaku adalah tujuan utama. Ini adalah aksi kemanusiaan untuk melindungi masyarakat dari ancaman DBD.
Ratusan kader Jumantik diterjunkan untuk melakukan edukasi langsung kepada puluhan ribu warga. Pesan utama yang disampaikan adalah Gerakan 3M+: Menguras, Menutup, Mendaur Ulang, dan mengoleskan lotion anti nyamuk.
Target Terukur dan Berkelanjutan
Keberlanjutan program menjadi kunci utama. Pengalaman di wilayah lain menunjukkan pendekatan serupa mampu meningkatkan Angka Bebas Jentik secara signifikan dan menurunkan rumah positif jentik. Keyakinan yang sama diharapkan terwujud di Malang.
Program ini dirancang untuk berjalan selama sebulan penuh. Setiap kader dibekali materi edukasi, produk anti nyamuk, dan instrumen pelaporan untuk memantau perubahan perilaku warga.
Pencegahan DBD bukan sekadar kegiatan sesaat, melainkan kebiasaan yang harus terus dipelihara. Dukungan pemerintah, sektor swasta, dan keterlibatan aktif masyarakat diharapkan menumbuhkan budaya baru: hidup sehat, peduli lingkungan, dan melindungi keluarga dari ancaman nyamuk pembawa penyakit.