Pasar keuangan Indonesia menunjukkan dinamika yang beragam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan kenaikan signifikan, dan obligasi menjadi incaran investor. Sayangnya, nilai tukar rupiah masih harus berjuang melawan dominasi dolar AS.
IHSG ditutup dengan penguatan 1,47% di level 6.634,37, menandai kenaikan selama empat hari berturut-turut. Sektor properti memimpin penguatan dengan melonjak 6,91%, diikuti sektor keuangan sebesar 2,42%. Saham-saham perbankan besar seperti BBRI, BMRI, dan BBCA menjadi pendorong utama kenaikan indeks.
Di sisi lain, rupiah harus mengakui keunggulan dolar AS dengan terkoreksi 0,06% ke level Rp16.860 per dolar AS. Meskipun Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%, tekanan terhadap rupiah tetap terasa.
Pasar obligasi menunjukkan sinyal positif dengan penurunan yield obligasi 10 tahun sebesar 4 basis poin menjadi 6,95%. Penurunan yield ini mengindikasikan peningkatan permintaan terhadap obligasi.
Sentimen positif juga datang dari bursa Wall Street, di mana indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite mencatatkan kenaikan signifikan. Optimisme pasar dipicu oleh potensi meredanya ketegangan dagang antara AS dan China, serta sinyal bahwa mantan Presiden Trump tidak akan memecat Ketua The Fed, Jerome Powell.
BI menegaskan komitmennya untuk terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam menentukan kebijakan moneter ke depan. BI juga menekankan pentingnya sinergi kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Pertumbuhan kredit perbankan tercatat melambat menjadi 9,16% secara tahunan pada Maret 2025. Meskipun demikian, BI menilai ketahanan perbankan masih kuat.
Presiden AS, Donald Trump, memberikan indikasi bahwa tarif impor terhadap produk China dapat diturunkan secara signifikan jika tercapai kesepakatan dagang. Hal ini disambut baik oleh pemerintah China yang menyatakan kesiapannya untuk kembali berunding.
Investor perlu mencermati level resistance IHSG saat ini. Jika mampu ditembus, IHSG berpotensi melanjutkan penguatan ke level 6.800. Namun, jika gagal, IHSG berisiko terkonsolidasi dengan support di level 6.300.
Beberapa agenda penting hari ini termasuk rilis data klaim pengangguran mingguan AS, konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dan pengumuman peraturan batas penghasilan masyarakat berpenghasilan rendah.