Memed Potensio, yang tengah viral dan dijuluki "Thomas Alva Edi Sound," membantah keras anggapan bahwa dirinya adalah penggagas sound horeg. Ia menegaskan perannya hanyalah sebagai operator yang bertugas menata suara.
"Bukan saya yang pertama kali mencetuskan sound horeg. Saya hanya operator, yang mengatur tata suaranya," ungkap Memed dalam sebuah wawancara.
Mengenai mata sayunya yang menjadi ciri khas, Memed menjelaskan bahwa itu adalah bawaan lahir. Kondisi tersebut diperparah dengan kurang tidur, mengingat jadwal karnaval sound horeg yang dimulai tengah malam dan baru selesai menjelang subuh.
Julukan "Thomas Alva Edi Sound" sendiri muncul dari teman-temannya yang merupakan content creator dengan channel bernama Edi Sound Horeg. Watermark Edi Sound Horeg di video-video mereka membuat banyak orang mengira nama Memed adalah Edi, sehingga kemudian digabungkan dengan Thomas Alva.
Popularitas Memed semakin meroket ketika video dirinya sedang menata suara sound horeg diparodikan. Ia mengaku senang dengan hal tersebut, karena selain menambah jumlah pengikut di media sosial, ia juga kebanjiran endorse.
"Senang-senang aja viral. Follower juga bertambah, endorse juga banyak. Yang paling banyak itu endorse masker mata," ujarnya sambil tertawa.
Fenomena sound horeg bahkan sampai ke telinga klub sepak bola Juventus. Mereka mengunggah video pemainnya, Khephren Thuram, dengan caption "Thuram Alfa Edi Sound."
Memed mengungkapkan bahwa ia hanya mampu bermain di satu lokasi setiap harinya. Jadwal yang padat membuat jam tidurnya tidak teratur. Soal bayaran, ia bisa mengantongi puluhan juta rupiah per event, berkisar antara Rp 20 hingga Rp 30 juta tergantung lokasi.
Mengenai pro dan kontra sound horeg, termasuk kekhawatiran akan kerusakan gendang telinga dan rumah-rumah, Memed berpendapat bahwa ia sendiri masih merasa aman. Ia juga menambahkan bahwa beberapa pemilik rumah justru senang jika rumah mereka rusak, karena akan diganti oleh panitia. Namun, ia menegaskan bahwa tidak semua rumah mengalami kerusakan.