Memasuki usia kepala tiga, aktris dan penyanyi Maudy Ayunda berbagi pengalaman pribadinya tentang perubahan perspektif hidup. Ia mengungkapkan bahwa dirinya sempat merasakan semacam krisis eksistensial.
Maudy bercerita bahwa ia mulai merenungkan tentang proses penuaan, ketakutan akan kematian, serta kemungkinan kehilangan orang-orang terdekat. Awalnya, Maudy tak begitu memahami perasaan yang dialami suaminya, Jesse Choi, saat menginjak usia 30 tahun.
"Dulu waktu suami aku umur 30, dia kayak panik soal umur, tentang orang tua yang suatu saat nanti akan tiada," ujar Maudy dalam sebuah podcast.
Namun, kini setelah dirinya mencapai usia yang sama, Maudy justru merasakan hal serupa. Ia mengakui bahwa ketakutan-ketakutan itu mulai menghantuinya.
"Sekarang umurku 30, dan aku jadi ikutan merasakan," ungkapnya.
Maudy menjelaskan bahwa usia yang semakin bertambah memicu kekhawatiran tentang penuaan, kematian, dan kehilangan. Ia membayangkan tubuhnya yang perlahan-lahan melemah seiring berjalannya waktu.
Namun, di balik kecemasan tersebut, Maudy menemukan dua sisi mata uang. Kesadaran akan kematian memang bisa memicu perasaan tertekan. Akan tetapi, di sisi lain, hal itu juga memberikan semacam ketenangan.
"Karena kita jadi mikir, kenapa kita harus cemas dan pusing? Toh, kita semua akan meninggal," pungkas Maudy.