Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan Bintang Sakti kepada dua mantan prajurit TNI, salah satunya Letda (Purn) Darius Bayani, atas keberanian dan jasa luar biasa dalam operasi militer. Penghargaan ini diberikan dalam Upacara Gelar Pasukan di Pusdiklatpassus TNI AD, Batujajar.
Bintang Sakti adalah bentuk apresiasi negara atas pengabdian prajurit yang menunjukkan heroisme dalam pertempuran, baik di dalam maupun luar negeri. Bayani menerima penghargaan ini atas jasanya dalam Operasi Mapenduma di Papua pada tahun 1996.
Operasi Mapenduma merupakan misi pembebasan sandera yang terdiri dari WNA dan WNI peneliti dari Tim Ekspedisi Lorentz ’95, yang disandera oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Mapenduma, Jayawijaya. Operasi ini berlangsung selama 130 hari dan kala itu dipimpin oleh Komandan Jenderal Kopassus, Brigjen Prabowo Subianto.
Keberanian Darius Bayani di Mata Prabowo
Dalam buku "Kepemimpinan Militer", Prabowo menggambarkan Bayani sebagai sosok prajurit yang tenang, berani, ahli menembak, dan memiliki kemampuan membaca jejak yang luar biasa. "Serka Bayani adalah putra daerah Papua. Dia terkenal di Kopassus," tulis Prabowo. "Dalam operasi di Papua beliau biasanya tidak menggunakan sepatu. Hanya memakai celana pendek."
Diceritakan bahwa Bayani mampu menyusup ke perkemahan musuh dan melumpuhkan beberapa anggota OPM, serta merebut puluhan senjata dalam berbagai operasi. Secara keseluruhan, ia berhasil mengamankan lebih dari 100 pucuk senjata dari tangan musuh.
Saat Operasi Mapenduma, Bayani memimpin Tim Kasuari, sebuah tim inti pembaca jejak yang terdiri dari pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih yang seluruhnya merupakan putra daerah. Tim ini bertugas memasuki wilayah-wilayah yang paling sulit.
Insting yang Menyelamatkan
Sebelum operasi dimulai, tim Prabowo menerima informasi dari pihak asing mengenai keberadaan alat pelacak (beacon) yang diselundupkan kepada para sandera. Namun, Bayani meragukan keakuratan informasi tersebut.
Bayani berargumen bahwa lokasi yang ditunjukkan oleh sinyal beacon tidak mungkin menjadi tempat persembunyian sandera. "Bapak, jangankan Kelly Kwalik, monyet pun tidak mau tinggal di situ. Tidak ada air di situ," ujarnya dengan logat Papua yang khas.
Mendengar penjelasan Bayani, Prabowo memutuskan untuk mempercayai insting anak buahnya dan menyerang enam titik yang telah diidentifikasi oleh Tim Intelijen. Keputusan ini terbukti tepat. Pasukan Prabowo berhasil membebaskan sandera, meskipun ada korban jiwa.
Prabowo mengakui bahwa keberhasilan operasi tersebut tidak lepas dari keberanian dan ketegasan seorang bintara. "Dengan percaya diri, dia berhasil meyakinkan seorang jenderal, seorang perwira tinggi Indonesia. Dia telah berperan besar dalam menyelamatkan wajah bangsa Indonesia," pungkas Prabowo.