LONDON – Setelah lebih dari enam dekade menjadi misteri, teka-teki hilangnya Dennis "Tink" Bell, seorang peneliti asal Inggris, akhirnya terpecahkan. Bell dilaporkan menghilang pada 16 Juli 1959, setelah terjatuh ke dalam jurang es saat menjalankan tugas di Antartika. Pada 29 Januari 2025, jasadnya ditemukan dalam kondisi membeku menjadi tulang belulang.
Saat kejadian nahas itu, Dennis baru berusia 25 tahun. Meskipun dinyatakan meninggal, jasadnya tak pernah ditemukan, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga yang terus mencari kepastian.
Penantian panjang keluarga Bell akhirnya terjawab berkat penemuan tim peneliti Polandia dari Stasiun Antartika Polandia Henryk Arctowski. Identifikasi memastikan bahwa tulang-tulang tersebut adalah jasad Dennis Bell.
"Saya sudah lama menyerah untuk menemukan saudara saya," ujar David Bell, saudara kandung Dennis. "Penemuan ini sungguh luar biasa dan mencengangkan."
Dennis Bell, lahir pada tahun 1934, adalah seorang ahli meteorologi yang pernah bertugas di RAF (Angkatan Udara Inggris). Sebelum bergabung dengan Falkland Islands Dependencies Survey (yang kemudian berganti nama menjadi British Antarctic Survey), ia mendapatkan pelatihan khusus di bidang meteorologi.
Pada tahun 1958, Dennis ditugaskan selama dua tahun di pangkalan Inggris di Teluk Admiralty, Antartika. Tugas utamanya adalah mengirimkan balon cuaca dan mengirimkan data ke Inggris setiap tiga jam, sebuah pekerjaan berat di tengah suhu ekstrem di bawah nol derajat.
Lokasi pangkalan berada di Pulau King George, sekitar 120 km dari ujung utara Semenanjung Antartika. Laporan arsiparis Ieuan Hopkins dari British Antarctic Survey menggambarkan Dennis sebagai sosok yang "ceria, pekerja keras, dengan selera humor yang nakal dan kegemaran pada lelucon praktis". Ia juga dikenal karena kecintaannya pada anjing-anjing husky dan keahliannya sebagai juru masak terbaik di pangkalan tersebut.
Kecelakaan fatal terjadi saat Dennis melakukan pengamatan di Pulau King George untuk membantu pemetaan medan. Pada 26 Juli 1959, bersama rekannya Jeff Stokes, Dennis mendaki dan mengamati gletser. Saat menyemangati anjing-anjing yang kelelahan, Dennis tiba-tiba menghilang ke dalam celah.
Jeff berusaha menyelamatkannya dengan menurunkan tali, tetapi malangnya, tali yang diikatkan ke ikat pinggang Dennis putus, dan ia kembali jatuh ke dalam celah. Setelah itu, Dennis tidak lagi menjawab panggilan Jeff.
David Bell mengenang saat menerima telegram duka dari markas Dennis pada Juli 1959. Ia juga menceritakan kunjungan dua orang dari markas Dennis yang menyampaikan belasungkawa dan memberikan kulit domba sebagai tanda simpati.
"Namun tidak ada kesimpulan. Tidak ada layanan; tidak ada apa pun. Dennis telah tiada," kata David.
David mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada tim peneliti Polandia atas penemuan jasad saudaranya. Ia dan saudara perempuannya, Valerie, berencana untuk mengunjungi Inggris dan memakamkan Dennis dengan layak.
"Saya akan bertemu saudara laki-laki saya. Anda mungkin berkata kami seharusnya tidak senang, tetapi kami senang," ungkap David. "Dia telah ditemukan—dia telah pulang sekarang."
Profesor Dame Jane Francis, direktur British Antarctic Survey, memberikan penghormatan kepada Dennis sebagai salah satu personel pemberani yang berkontribusi pada sains dan eksplorasi Antartika dalam kondisi yang sangat keras.
Sejak 1944, tercatat 29 orang meninggal dunia saat bekerja di Teritori Antartika Britania dalam misi ilmiah. Peristiwa tragis yang menimpa Dennis Bell menjadi pengingat akan bahaya dan tantangan yang dihadapi para peneliti di wilayah ekstrem ini.