Jakarta – Kabar baik datang dari panggung ekonomi global. Presiden AS, Donald Trump, baru saja mengumumkan perpanjangan jeda tarif perdagangan dengan Cina selama 90 hari ke depan. Kabar ini disambut baik oleh Beijing dengan langkah serupa.
Trump menyampaikan pengumuman ini melalui platform Truth Social, beberapa jam sebelum masa jeda awal berakhir. "Saya telah menandatangani Perintah Eksekutif yang memperpanjang penangguhan tarif terhadap Cina selama 90 hari. Semua poin dalam perjanjian akan tetap berlaku," tulisnya.
Tak lama berselang, Kementerian Perdagangan Cina mengumumkan bahwa mereka juga akan menangguhkan tarif tambahan terhadap produk-produk Amerika Serikat selama periode yang sama.
Perintah Eksekutif terbaru ini akan berlaku hingga 10 November mendatang. Hal ini memberikan kedua negara waktu tambahan untuk mencapai kesepakatan baru terkait tarif dagang yang selama ini menjadi isu utama.
Isi Perintah Eksekutif Trump
Dalam perintahnya, Trump menyatakan bahwa Cina terus menunjukkan "langkah signifikan" untuk menyelesaikan masalah perdagangan dan keamanan yang menjadi perhatian AS. Ia juga menyinggung negosiasi yang masih berlangsung antara kedua negara.
Meski demikian, Trump tetap menyoroti "defisit perdagangan barang AS yang besar dan berkelanjutan setiap tahun," yang dianggap sebagai "ancaman luar biasa bagi keamanan nasional dan ekonomi Amerika Serikat."
Disebutkan pula bahwa Washington dan Beijing terus berdiskusi "untuk mengatasi ketidakseimbangan hubungan dagang," dan Cina terus berupaya "memperbaiki" keluhan AS.
"Kita lihat saja nanti," ujar Trump dalam konferensi pers, sembari menekankan hubungannya yang baik dengan Presiden Cina, Xi Jinping.
Respon Cina Terhadap Perpanjangan Jeda Tarif
Kantor berita resmi Cina, Xinhua, melaporkan bahwa negara itu akan tetap mempertahankan tarif sebesar 10%.
Beijing juga akan "mengambil atau mempertahankan langkah-langkah yang diperlukan untuk menangguhkan atau menghapus kebijakan balasan non-tarif terhadap AS, sesuai kesepakatan dalam deklarasi bersama di Jenewa."
Sebagai informasi, pada bulan Mei lalu, AS dan Cina sepakat untuk menurunkan tarif tinggi yang saling diberlakukan. Kesepakatan tersebut dianggap telah mencegah dampak buruk bagi ekonomi.
Dalam kesepakatan Mei tersebut, tarif barang dari Cina diturunkan menjadi 30%, sementara tarif barang dari AS menjadi 10%.