QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), yang diluncurkan pada 17 Agustus 2019, hadir sebagai solusi revolusioner dalam dunia pembayaran digital di Indonesia. Dikembangkan oleh Bank Indonesia dan ASPI, QRIS menyatukan berbagai kode QR dari platform pembayaran seperti GoPay, OVO, dan Dana. Sebelumnya, setiap penyedia layanan memiliki kode QR terpisah, yang membuat transaksi menjadi rumit. Kini, dengan QRIS, satu kode QR dapat digunakan untuk semua aplikasi pembayaran.
Lahirnya QRIS didorong oleh kebutuhan akan sistem pembayaran digital yang lebih praktis, efisien, dan inklusif. Bank Indonesia melihat peluang untuk menjangkau lebih banyak masyarakat di era ekonomi digital. Inisiatif ini adalah bagian dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025, sebuah langkah menuju digitalisasi sistem keuangan nasional.
Manfaat QRIS sangat dirasakan oleh UMKM dan sektor informal. Mereka tidak perlu menyediakan banyak kode QR untuk menerima pembayaran. Data menunjukkan bahwa penggunaan QRIS meningkat pesat setelah pandemi COVID-19, seiring dengan meningkatnya transaksi non-tunai. QRIS menjadi motor penggerak inklusi keuangan di Indonesia.
Sektor yang Mengadopsi QRIS:
- Perdagangan dan Ritel: Warung kelontong, minimarket, supermarket, pasar tradisional dan modern, toko online, UMKM, pedagang kaki lima.
- Transportasi: Ojek online, taksi online, parkir, angkutan umum, kereta listrik.
- Kuliner: Warteg, warung kopi, pedagang jajanan, kedai kopi modern, restoran, kafe, food court, layanan pesan antar makanan.
- Hiburan dan Rekreasi: Tempat wisata, museum, taman kota, bioskop, acara dan konser.
- Donasi dan Zakat: Masjid, gereja, vihara, pura, lembaga zakat.
- Layanan Publik: Pembayaran pajak, retribusi, PBB, parkir resmi daerah, BPJS Kesehatan.
- Rumah Sakit: Klinik, rumah sakit swasta, apotek, layanan tes kesehatan, vaksin, medical check-up.
- Sekolah: Pembayaran uang sekolah, SPP, buku, seragam.
Keunggulan QRIS:
- Praktis dan Efisien: Cukup pindai kode QR, transaksi selesai.
- Inklusif dan Ramah UMKM: Pedagang kecil bisa menerima pembayaran digital tanpa mesin EDC.
- Mengurangi Risiko: Mengurangi risiko uang palsu dan salah hitung.
- Tercatat dan Transparan: Setiap transaksi tercatat secara digital.
- Mendorong Inklusi Keuangan: Memperluas akses layanan keuangan formal.
Tantangan QRIS:
- Ketergantungan Internet: Membutuhkan koneksi internet yang stabil.
- Potensi Penipuan: Risiko bukti transfer palsu.
- Kurangnya Familiaritas: Beberapa kelompok masyarakat belum terbiasa dengan QRIS.
- Biaya MDR: Pedagang dikenai biaya transaksi, meskipun kecil.
- Keamanan Data: Potensi celah keamanan digital.
QRIS di ASEAN dan Internasional:
QRIS tidak diadopsi langsung, melainkan dihubungkan dengan sistem QR code negara lain melalui kerjasama sistem pembayaran regional.
- Negara yang sudah terhubung: Malaysia, Thailand, Singapura.
- Negara dalam tahap persiapan: Jepang, China, Korea Selatan, India, Uni Emirat Arab, Arab Saudi.
Menggunakan QRIS di Luar Negeri:
Prosesnya sama seperti di Indonesia. Pembayaran otomatis dikonversi ke rupiah. Saat ini, QRIS baru bisa digunakan di beberapa negara di Asia.
Tantangan Ekspansi Global:
Tantangan utama datang dari persaingan dengan sistem pembayaran lokal, harmonisasi regulasi antarnegara, keamanan siber, dan interoperabilitas. QRIS juga harus bersaing dengan sistem pembayaran lain seperti EMVCO di Eropa dan Mada Pay di Arab Saudi.
Meskipun menghadapi tantangan, QRIS terus berkembang dan menjadi bagian penting dari transformasi digital di Indonesia dan ASEAN.