Fenomena angkasa yang menarik perhatian, black moon atau Bulan hitam, diperkirakan akan hadir pada 23 Agustus 2025. Namun, apa sebenarnya black moon itu, dan bisakah kita menyaksikannya di Indonesia?
Black moon merujuk pada penampakan Bulan yang seolah memancarkan warna hitam pekat. Konsep ini berakar dari astrologi kuno, yang menggambarkan satelit Bumi yang "tersembunyi" dalam orbitnya.
Istilah black moon sendiri, mengadopsi konsep yang mirip dengan blue moon. Blue moon dikenal sebagai Bulan purnama kedua dalam satu bulan kalender, atau Bulan purnama ketiga dalam satu musim. Senada dengan itu, black moon bulanan terjadi kira-kira setiap 29 bulan, sementara black moon musiman muncul setiap 33 bulan.
Black moon yang akan terjadi pada 23 Agustus 2025 merupakan jenis musiman. Setelah itu, fenomena serupa baru akan kembali terjadi pada tahun 2027.
Namun, perlu dicatat bahwa black moon sebenarnya tidak berkaitan dengan warna hitam secara visual. Ini hanyalah istilah penamaan. Lebih lanjut, fenomena ini tidak akan dapat diamati secara langsung. Kondisi terbaik untuk mengamati black moon adalah saat terjadi gerhana Matahari, ketika Matahari berada di belakang Bulan.
Dampak black moon serupa dengan Bulan baru pada umumnya, dan tidak menimbulkan efek berbahaya.
Sebagai informasi tambahan, Bulan mengalami berbagai fase dalam siklusnya yang berlangsung sekitar satu bulan. Bulan purnama terjadi ketika Bulan sepenuhnya diterangi Matahari, berada di sisi Bumi yang berlawanan dengan Matahari. Sebaliknya, Bulan baru terjadi ketika Bulan berada lebih dekat ke Matahari, sehingga terlihat di langit pada siang hari.
Dalam setahun, Bulan mengelilingi Bumi sebanyak 12,37 kali, sehingga beberapa tahun memiliki 12 Bulan baru. Bahkan, dalam beberapa tahun tertentu, jumlah ini bisa mencapai 13 Bulan baru. Secara rata-rata, terdapat 235 Bulan baru dalam 19 tahun, sehingga tujuh tahun di antaranya akan mengalami satu Bulan baru tambahan.