Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menekankan pentingnya kerjasama erat antar berbagai sektor guna mempercepat penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di tanah air. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini masih menunjukkan fluktuasi, terutama di tengah musim hujan yang melanda sejumlah wilayah.
Kemenkes menyadari bahwa pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam mengatasi masalah DBD. Sinergi dari seluruh potensi sumber daya masyarakat, dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah maupun non-pemerintah, mutlak diperlukan.
Fokus utama tetap pada pencegahan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui metode 3M Plus, yaitu menguras, menutup, mendaur ulang, dan mencegah gigitan nyamuk, terbukti efektif jika dilakukan secara berkelanjutan.
Koordinasi yang cepat antar instansi saat ditemukan kasus di lapangan juga sangat krusial. Respon yang sigap akan mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas. Masyarakat juga diimbau untuk aktif melaporkan jika ada kasus demam yang dicurigai sebagai DBD, agar penanganan dapat dilakukan sedini mungkin.
Selain itu, edukasi masyarakat mengenai DBD perlu terus ditingkatkan. Kampanye pencegahan tidak hanya dilakukan melalui media massa, tetapi juga melalui aksi nyata di lingkungan tempat tinggal. Keterlibatan tokoh masyarakat, RT, RW, kader kesehatan, dan sekolah akan mempermudah penyampaian pesan pencegahan dan penerapannya di masyarakat.
Penguatan upaya pencegahan seperti gerakan 3M Plus harus terus disosialisasikan guna meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menghambat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Musim hujan menjadi faktor pemicu perkembangbiakan nyamuk tersebut. Tanpa adanya tindakan pencegahan yang serius, potensi lonjakan kasus DBD sangatlah tinggi.
Kemenkes bersama Dinas Kesehatan setempat telah menyiapkan berbagai program intervensi, termasuk fogging fokus, pemberian larvasida, dan monitoring populasi nyamuk Aedes aegypti di daerah-daerah yang rawan.
