Meisya Siregar Ungkap Perjuangan Melawan Tiga Penyakit di Rahim: Hiperplasia Endometrium, Polipoid Endometrium, dan Mioma Uteri

Aktris Meisya Siregar baru-baru ini membagikan pengalamannya didiagnosis dengan tiga kondisi medis sekaligus yang menyerang rahimnya. Ketiga kondisi tersebut adalah hiperplasia endometrium, polipoid endometrium, dan mioma uteri.

Salah satu gejala utama yang dirasakan Meisya adalah perdarahan yang tak kunjung berhenti di luar siklus menstruasi. Ia mengakui tidak merasakan sakit atau keluhan lainnya.

Meisya menduga kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, dengan kadar progesteron yang rendah dan kadar estrogen yang tinggi. Ia juga menduga bahwa usia 46 tahun menjadi faktor penyebab ketidakseimbangan hormon yang dialaminya, yang mungkin menjadi tanda awal memasuki fase perimenopause.

Spesialis obstetri dan ginekologi, dr Muhammad Fadli, SpOG, menjelaskan bahwa hormon estrogen dan progesteron berperan penting dalam menjaga stabilitas penebalan dinding rahim (endometrium). Jika tidak terjadi pembuahan, dinding rahim akan meluruh dan terjadilah menstruasi.

Pada kasus hiperplasia endometrium, terjadi penebalan dinding rahim yang tidak normal hingga terlalu tebal. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi, seperti darah yang keluar menjadi lebih banyak dan bergumpal.

Polipoid endometrium adalah kondisi di mana muncul polip, semacam tumor kecil, di dinding rahim. Dokter Fadli menjelaskan bahwa polip ini biasanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG atau histeroskopi.

Mioma uteri juga disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal, terutama kadar hormon estrogen yang berlebih. Mioma berasal dari dinding rahim dan dapat ditemukan di berbagai bagian dinding rahim.

Menurut dr Fadli, kondisi-kondisi ini umumnya tidak berbahaya. Namun, pemeriksaan tetap diperlukan untuk memastikan tidak ada indikasi keganasan.

Kondisi Terkini Meisya Siregar

Untuk mengatasi kondisinya, Meisya Siregar menjalani operasi histeroskopi. Histeroskopi adalah prosedur medis dengan memasukkan alat kecil berkamera melalui vagina dan leher rahim untuk memeriksa bagian dalam rahim. Prosedur ini dapat digunakan untuk diagnosis maupun tindakan, seperti mengangkat polip, mioma kecil, atau jaringan yang menebal.

Dua hari setelah operasi, Meisya mengungkapkan bahwa kondisinya sudah membaik dan ia sudah dapat kembali bekerja.

Scroll to Top