Ekonomi Indonesia Sulit Tembus 5% di Akhir Tahun? Ini Kata Ekonom!

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan sulit mencapai angka 5% hingga akhir tahun ini. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai bahwa lemahnya momentum pada komponen pendukung ekonomi di kuartal III menjadi penyebab utama.

Direktur Pengembangan Big Data INDEF, Eko Listiyanto, menekankan pentingnya stimulus pemerintah yang tepat sasaran. Menurutnya, stimulus harus digelontorkan jauh sebelum periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) agar dampaknya optimal. "Stimulusnya harus dimulai dari sekarang agar saat triwulan IV, masyarakat tidak hanya pulang kampung, tapi juga berbelanja," ujarnya.

INDEF memandang bahwa pemerintah seringkali kurang fokus dalam memberikan stimulus, menyebarkannya ke berbagai aspek yang kurang esensial. Idealnya, stimulus seharusnya difokuskan pada tiga hal utama: peningkatan daya beli masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan menjaga stabilitas harga. "Stimulus untuk liburan memang bisa meningkatkan ekonomi, tetapi tidak berkelanjutan. Stimulus yang menciptakan lapangan kerja langsung, seperti untuk industri, akan memberikan dampak yang jauh lebih besar," jelas Eko.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 mencapai 5,12%, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 5.947 triliun. "Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% secara tahunan pada kuartal II 2025," ungkap Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud. Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhan mencapai 4,04%.

Meskipun kuartal II menunjukkan pertumbuhan yang positif, INDEF tetap pesimis target pertumbuhan 5% di akhir tahun dapat tercapai jika tidak ada perbaikan signifikan dalam strategi stimulus pemerintah.

Scroll to Top