JAKARTA – Tahukah Anda, selain di Bumi, sampah juga mengancam di luar angkasa? Sampah antariksa, sisa-sisa teknologi manusia yang tak lagi berfungsi di orbit, kini menjadi perhatian serius. Potensi bahayanya bagi lingkungan antariksa dan keselamatan di Bumi mendorong upaya pemantauan dan mitigasi yang lebih intensif.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Antariksa (PRA) telah aktif memantau sampah antariksa sejak tahun 2001. Pada tahun 2024, BRIN meningkatkan kemampuannya dengan mengembangkan sistem pelacakan otomatis menggunakan teleskop berdiameter 50 cm.
Upaya ini membuka jalan bagi potensi kolaborasi dengan Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH) dari Kyoto University dan Space Weather Company (SWxC). RISH menawarkan teknologi radar super canggih yang mampu mendeteksi puing-puing antariksa yang belum teridentifikasi, bahkan yang orbitnya belum diketahui. Radar ini juga mampu meningkatkan akurasi pelacakan. Teknologi ini dikenal sebagai Space Situational Awareness (SSA).
Kepala PRA BRIN menekankan pentingnya riset pemantauan sampah antariksa sebagai prioritas, mengingat semakin padatnya orbit Bumi oleh objek antariksa. Upaya mitigasi ini menjadi bagian dari kerjasama internasional untuk mengatasi risiko sampah antariksa terhadap sistem teknologi dan keamanan ruang angkasa global.
Pembahasan lebih lanjut mengenai ruang lingkup, strategi, dan teknis kerjasama akan dilakukan bersama pihak terkait di BRIN. Kerjasama ini akan dikoordinasikan oleh Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) BRIN.
Perlu diketahui, Undang-Undang tentang Keantariksaan saat ini belum secara spesifik mendefinisikan sampah antariksa. Namun, penanganan bencana akibat kegiatan keantariksaan secara tidak langsung mencakup permasalahan sampah antariksa ini.