Kisah inspiratif datang dari Paulus Gregorius Afrizal, siswa SMA Katolik Frateran Maumere, NTT, yang terpilih menjadi Paskibraka Nasional. Di balik keberhasilannya, tersimpan perjuangan keras dan pengorbanan keluarga.
Paulus, yang akrab disapa Afril, tak hanya fokus pada sekolah dan latihan Paskibraka. Ia juga aktif membantu perekonomian keluarga dengan berjualan jagung bakar di akhir pekan. Selain itu, ia juga seorang atlet karate yang gigih.
Ibunda Afril, Magdalena Juliana, menceritakan kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga saat Afril lolos seleksi Paskibraka tingkat provinsi. Biaya untuk medical check up yang harus diulang sempat menjadi kendala besar.
"Kami tidak punya uang sama sekali," ungkap Juliana. Ia pun berupaya keras mencari dana dengan menjual kompor dan bahkan menggadaikan ponsel milik adik Afril demi membiayai keberangkatan Afril ke Kupang.
Meski terlahir dari keluarga sederhana, Afril tak pernah menyerah. Ia selalu membantu ibunya berjualan bakso pentol dan jagung bakar. Bahkan, ia juga mencari uang tambahan dengan menjadi tukang ojek sepulang sekolah.
Di sekolah, Afril dikenal sebagai siswa berprestasi yang selalu masuk peringkat lima besar. Selain giat belajar, ia juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler bahasa Jerman dan berlatih karate.
Kisah Afril membuktikan bahwa dengan kerja keras, semangat pantang menyerah, dan dukungan keluarga, mimpi setinggi apapun dapat diraih.